Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis Dengan Niat Baik, Jujur, dan Tulus

4 Juli 2011   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:57 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13097647221660686042

Menulis dengan pikiran jernih dan sepenuh hati dengan niat baik, jujur, dan tulus, belum tentu dapat menyenangkan semua orang, namun kita tidak perlu kecewa dan teruslah menulis.

# Seorang teman pernah bercerita tentang pengalaman pahitnya menulis di Kompasiana: Bingung mau menulis apa saya. Menulis tentang agama dan kebenaran katanya sok bijak sana-sini. Menulis tentang prestasi saya, dituduh memamerkan kesombongan. Menulis tentang kesulitan hidup saudara-saudara dicap menjual kemiskinan. Bingung aku?!

Saat kita menulis sekalipun dengan niat baik, tulus, dan jujur, saya yakin hal itu tidak akan dapat menyenangkan semua pihak yang membaca. Oleh sebab itu, bila kita tetap memaksakan diri menulis untuk menyenangkan dan bisa dimengerti semua orang, maka kita akan mengalami kekecewaan dan frustasi untuk menulis lagi.

Karena dalam hidup ini kita memang tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang, maka untuk itu kita memang tidak perlu memaksakan untuk melakukannya. Saat kita berniat hendak menyenangkan orang lain, maka kemungkinan ada yang akan dikecewakan.

Seorang sahabat berpesan,"Menulislah sebisa yang engkau bisa disertai niat baik, tulus, dan jujur. Tulislah sesuai kebenaran yang engkau yakini kebenarannya tanpa harus takut untuk disalahpahami. Tulislah, walaupun mungkin itu bisa terasa pahit dan menyesakkan dada."

Di dunia ini begitu banyak kepala dengan pikiran, pemahaman, dan kesadaran yang berbeda, sehingga tentu saja apa yang kita tulis tidak mungkin bisa sama dengan pemikiran, pemahaman, dan kesadaran setiap orang.

Pada saat kita sudah menulis dengan niat baik, jujur, dan tulus, itu bukan berarti pasti bisa diterima semua orang. Karena kita juga tidak dapat menolak orang lain untuk tidak senang, disalahpahami, dan curiga.

Saat kita niatkan menulis untuk berbagi kebaikan, bisa saja dicurigai untuk mencari sensasi dan pujian. Saat kita jujur menulis tidak mengharapkan pujian, bisa saja dikatakan sebagai manusia munafik. Saat kita menulis tentang kebenaran dari ke dalaman hati, bisa saja ada yang sinis bahwa itu hanya sekadar basa-basi.

Tentu saja walaupun sudah menulis dengan niat baik, jujur, dan tulus, tidak akan membebaskan tulisan kita bebas dari kritikan.

Apapun itu, tetaplah menulis dengan kebesaran jiwa, karena menulis memang tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Menulis adalah untuk membebaskan diri untuk berkarya yang berguna.

Menulis selagi bisa dan sebisa yang kita bisa disertai niat baik, jujur, dan tulus serta yang tidak boleh terlupakan adalah dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun