Pekerjaan yang mudah dilakukan dan mendapatkan banyak keuntungan, adalah cari muka dan menjilat, oleh sebab itu manusia sangat senang melakukannya.... ***** [caption id="attachment_51407" align="alignleft" width="225" caption="ternyata saya juga yang suka menjilat...ini bukti otentiknya!!!"][/caption] Pada Kongres III PAN di Batam , Kamis , 7/1 , acara pembukaannya tanpa menunggu kehadiran Ketua Umumnya Soetrisno Bachir untuk membuka dan menutup acara karena terlambat. Seakan-akan kehadirannya dilupakan, karena hari itu memang beliau akan mengakhiri jabatannya dan sudah memutuskan tidak mencalonkan lagi. Padahal selama menjabat sebagai Ketum PAN selama 5 tahun beliau cukup dihormati . Setiap kedatangannya pasti akan disambut dengan iring-iringan mobil para pejabat partai dan kadernya. Lalu mengapa pada hari terakhir beliau menjabat , yang seharusnya disambut dengar istimewa justru diabaikan kedatangannya? Bahkan acara pembukaan dibuka tanpa mau menunggu kehadiran beliau lagi. Habis sudah rasa hormat yang ada selama ini bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan beliau sebagai Ketum PAN. Bukankah ini menandakan bahwa penghormatan yang selama ini dilakukan bawahannya bukanlah dengan ketulusan dan seharusnya tapi karena ada kepentingan dan ada maunya yang tersembunyi. Untuk mencari muka dan menjilat demi jabatan adalah hobi para pejabat kita. Fenomena ini tentunya bukan hanya terjadi di PAN dan menimpa Soetrisno Bachir tapi boleh dikatakan terjadi pada semua partai dan juga kebanyakan pejabat negara. Bisa dibayangkan dan kita rasakan akibatnya bila di negeri ini pekerjaan utama para pejabatnya adalah mencari muka dan menjilat demi jabatannya. Lebih mengutamakan kepentingan pribadinya, uang, kedudukan , dan kekuasaan daripada mengabdi pada rakyatnya . Jadi mengabdi dan membela rakyat hanya jadi slogan dan basa basi untuk mendapatkan dukungan. Karena kenyataannya masih jauh dari harapan ketika sudah menjabat. [caption id="attachment_51408" align="alignleft" width="225" caption="kalau soal cari muka, aku tidak perlu mencarinya lagi, justru aku tutupi-tutupi karena malu sudah menjilat"][/caption] Semakin hari bukan semakin tambah baik. Kalau tidak mau dikatakan , justru semakin bertambah buruk kinerjanya yang menyebabkan negeri ini semakin terpuruk dalam pelayanan publik dan ekonomi . Ajaran agama dan peringatan Tuhan melalui bencana belum juga menggetarkan nurani kita untuk segera memperbaiki tingkah laku dan mulai berbenah diri. Apakah memang perlu sebuah cara yang ekstrem atau revolusi untuk mengubah semua prilaku ini? Semoga itu bisa saya lakukan pada diri saya sendiri untuk saat ini!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H