Setan alas!; Anjing!; Monyet; Setan!; Bangsat!; Sialan!; Brengsek! Itulah beberapa kata yang begitu akrab kita keluarkan tatkala MENGUMPAT.
Akibat emosi. Kita lupa diri. MENGUMPAT sesuka hati. Tak peduli perasaan orang lain tersakiti. Tak sadar telah mempermalukan diri sendiri.
MENGUMPAT kita anggap untuk menunjukkan kehebatan dan kebenaran. Tapi sebenarnya tak lebih karena kebodohan saja.
Orangtua yang begitu bebasnya MENGUMPAT,"Dasar anak setan!" tanpa sadar telah menjadikan dirinya bapak atau ibu setan.
Seorang ibu MENGUMPAT,"Dasar anak kurang ajar!" menandakan sendiri tidak atau kurang mengajari anaknya.
Seorang boss Atau pemimpin yang MENGUMPAT kepada bawahanya,"Dasar kebo kamu!" menunjukkan dirinya tak lebih dari sebagai tukang "angon" kerbau.
Seorang suami yang MENGUMPAT pada istrinya,"Dasar kamu wanita murahan!" membuktikan ia seorang lelaki tak berharga.
Atau kita yang suka MENGUMPAT dengan kata "monyet", "anjing", dan "babi" seakan-akan kita sudah tak beda dari kumpulan makhluk yang kita sebutkan.
Ketika mulut kita yang semestinya untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan Firman. Menjadi corong kebenaran dan sumber kebaikan.
Malahan sering digunakan MENGUMPAT. Menjadi sumber kesalahan. Bukannya mendatangkan pahala yang didapat justru dosa.
Itulah akibatnya bila kita tak mampu menjaga mulut ini. Pada akhirnya mulut menjadi tong sampah saja. Karena yang sering keluar hanyalah kata-kata kasar dan tak berguna.