Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Sulit untuk Mengakui Kesalahan?

2 November 2012   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:03 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menyalahkan itu mudah. Mengakui kesalahan itu betapa sulit. Karena manusia selalu merasa dirinya paling benar. Inilah penyakit yang sudah ada sejak dulu sampai kini.

Baru saja saya berurusan dengan seorang rekan kerja yang enggan untuk mengakui kelalaiannya. Sebaliknya malah menyalahkan.

Saat itu saya memberitahu padanya, bahwa pintu kantor ada yang tidak terkunci.

Sebenarnya saya enggan untuk memberitahu padanya. Toh pintunya sudah saya kunci. Karena sebelumnya sudah pernah terjadi ia lalai mematikan AC. Dimana saat saya ingatkan. Tapi ia begitu berkeras, AC-nya sudah dimatikan. Ya...sudah.

Namun akhirnya saya putuskan untuk memberitahu sekadar untuk mengingatkan kelalaiannya.

Alih-alih mengakui. Malahan dengan sikap sinis seakan hendak menyerang saya. Ia berkata,"Pintunya udah saya kunci. Udah saya slot kok tadi!"

Karenanya saya lihat sikapnya begitu ngotot.
Saya memilih diam dan tidak ingin mendebatkannya. Apa gunanya memaksa ia mengakui?

Bagaimana bila kejadian itu kita sendiri yang mengalami? Bagaimana reaksi kita?

Spontan menolak. Berkeras, tidak mengakui tanpa memberi peluang pada yang bernama "lupa"?

berpikir-pikir lalu bilang,"Oh ya? Wah... Mungkin saya lupa!"

Sebenarnya hal ini kembali kepada karakter masing-masing individu. Ada
yang bersalah dan berani mengakuinya. Ada yang bersalah. Tapih tidak mau mengakui. Malahan menyalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun