Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mas Anas, Jangan-jangan Soal Gantung di Monas Juga Palsu?

2 Mei 2012   05:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heboh plat mobil Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang dipastikan palsu sudah berlalu. Bukan berita hangat lagi. Berganti dengan berita hangat penahanan Angie dan aksi "Koboy Palmerah".

Tetapi bagi saya masih menyisakan pertanyaan yang mengganggu pikiran.

Kalau yang palsu-palsu akhirnya akan ketahuan juga. Anas yang berusaha memalsukan plat nomor polisi mobilnya ketangkap basah . Karena dua mobilnya memiliki nomor yang sama, polisi B 1716 SDC. Lantas menimbulkan kecurigaan.

Begitu ketahuan. Si supir yang dijadikan kambing hitam. Alasannya supir yang mengganti nomornya. Aneh, kan? Berani-beraninya supir mengganti plat mobil tanpa sepengetahuan bos atau pemiliknya.

Pertanyaan yang mengganjal di benak saya. Apakah yang berani dipalsukan Anas itu bukan hanya plat mobil saja? Jangan-jangan pernyataan Anas yang bersedia digantung di Monas kalau ia terbukti korupsi sekalipun cuma satu sen itu juga palsu?

Kalau nanti ia terbukti _kalau loh!_ terlibat korupsi dalam kasus Hambalang dan masyarakat menuntut omongnya. Bisa saja ia berkelit,"Kan saya bilang kalau korupsinya satu sen! Lah, ini korupsinya kan miliaran! Gak acih ah."

Semoga ini hanyalah kecurigaan yang berlebihan.

Memang harus diakui. Salah satu keterpurukan bangsa ini adalah karena kehilangan sosok-sosok pemimpin yang bisa diteladani rakyatnya.

Kebanyakan perilakunya penuh dengan kepalsuan. Apa yang dilakukan yang katanya demi rakyat. Tak lebih hanya untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Apakah ini omongan kosong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun