Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Malu Melakukan Hal Memalukan, Sanggupkah?

6 April 2012   05:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13336913612113406865

Bila manusia memiliki sifat rasa malu, maka akan malu melakukan hal yang memalukan dirinya sebagai manusia! # Sepertinya bukan hal yang memalukan bila saya mengatakan, bahwa pernah berbicara dari mimbar ke mimbar tanpa dibayar satu sen pun. Hanya murni karena pengabdian. Tetapi saya juga tidak perlu malu untuk mengakui ada beberapa pengalaman yang memalukan selama itu. Sejak berlatih sebagai pembicara setiap kali berdiri di depan beberapa orang saja sudah begitu malunya sampai tidak berani menatap ke depan. Saking tegangnya, sampai terasa ingin kencing. Tapi karena malu bila terkencing di celana, mau tak mau ditahan juga sampai bertegang ria. Sebagai pembicara pemula ketika naik ke atas mimbar, rasa malu itu selalu ada. Apalagi saat berbicara ada peserta yang hadir bisik-bisik dan tertawa. Ada perasaan malu sendiri. Namun selama berdiri di atas mimbar, ada satu pengalaman yang benar-benar memalukan dan sampai sekarang masih teringat dengan jelas. Saat itu, saya sudah cukup percaya diri sebagai pembicara dan mendapat kesempatan di tempat yang agak jauh.
Di luar kota. Saya datang waktunya tinggal beberapa menit lagi harus naik ke atas mimbar. Setelah merapikan diri dan senyum-senyum sendiri di depan kaca agar wajah
tidak tampak tegang. Dengan percaya diri, setelah diperkenalkan pembaca acara, saya muncul dan menyapa para peserta. Basa-basi sedikit, lalu bercerita yang mengundang tawa agar ketika masuk ke inti pembahasan peserta merasa nyaman. Ketika sekilas melihat naskah yang saya letakkan di atas mimbar, alangkah kagetnya karena melihat sesuatu yang tidak wajar pada bagian tubuh saya. Ada apa? Tampak jelas, celana saya belum tertutup rapi. Resleting belum ditarik ke atas. Alamak! Mendadak saya merasa malu sendiri. Padahal waktu itu saya yakin tidak ada yang tahu. Karena tubuh saya tertutup mimbar. Walaupun tidak ada yang tahu dengan apa yang saya alami saat itu, selain saya sendiri dan Tuhan. Tetap saja saya tidak berhasil untuk meyakinkan diri agar tidak perlu merasa malu. Kemaluan! Rasa itu menghinggapi, sehingga saya merasa agak grogi waktu itu. Sambil berbicara dengan ekspresi yang wajar. Diam-diam tanpa membuat gerakkan yang mencurigakan, saya menurunkan tangan untuk menarik resleting. Berhasil! Lega rasanya. Sebenarnya ada satu lagi yang benar- benar harus membuat saya malu sebagai pembicara. Apakah itu? Sungguh memalukan bila apa yang saya bicarakan itu tidak bisa saya lakukan alias hanya omong doang. Itulah sedikit hal-hal yang memalukan yang pernah saya alami sebagai pembicara. Sebagai manusia penting untuk memiliki rasa malu agar terhindar dari perbuatan yang memalukan. Seringkali kita tidak perlu merasa malu untuk melakukan perbuatan yang memalukan. Karena kita beranggapan tidak ada yang mengetahui. Padahal kita sadar, selain diri kita sendiri 
yang tahu, masih ada Tuhan yang pasti mengetahui! Apakah hal ini harus kita pungkiri? Begitu juga, bukankah adalah hal yang memalukan bila kita hanya pandai berbicara tapi tidak pandai melakukan apa yang dibicarakan? [caption id="attachment_180337" align="aligncenter" width="233" caption="Fotosearch.com "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun