Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kolaborasi: Satu Cinta Dua Agama [3]

23 Maret 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13008881581601515183

Cinta yang agung tak lelah untuk terus mengembara menemukan keindahannya walau banyak rintangan yang membentang....dan juga pengorbanan yang tiada nilainya.

[caption id="attachment_97763" align="alignleft" width="338" caption="GettyImages"][/caption] *

Airmata masih belum mengering dari pipi Tri, sementara sang kekasih Li, dapatmenahan diri untuk tidak larut dalam kesedihan. Tri, masih tiada habis tanya, mengapa ia dan Li bisa jatuh cinta hanya padapandangan pertama dan langsung sehati?!

Mengapa dan mengapa? Bukankah ini yang namanya jodoh? Lalu mengapa perbedaan yang ada pada mereka menjadi penghalangbersatunya cinta antara dirinya dan kekasih yang begitu dicintainya, Li?!

Bukankah cinta yang mengisi setiap insan yang ada adalah sama warnanya?

*

Li masih tegar bagai batu karang menghadapi dilema cintanya dengan Tri yang bukan hanya beda suku, tetapi juga beda agama. Sama kokohnya juga pendirian keduaorangtua Tri untuk tidak mengijinkan mereka menikah dengan tiada pilihan lain, selain bila Li bersedia mengikuti keyakinan Tri.

“Tri, aku belum menyerah, karena aku yakin Tuhan pasti akan membukakan jalan untuk cinta suci kita. Aku hanya ingin kita bahagia pada kehidupan ini, bukan nanti !” Li masih meyakinkan Tri dan dirinya.

“Tapi Ko, sepertinya aku sudah menyerah dan tidak ada pilihan lain lagi !” Dengan suara memelas Tri berkata. Belakangan ini, Tri mulai memanggil kekasihnya, Li, dengan sebutan “koko ”, katanya terasa lebih mesra dan enak. Li, memeluk kekasihnya yang kehilangan gairah.

“Tri, percayalah masih ada harapan bagi kita untuk bersatu. Begitu hati kecilku  berbisik !” Tri mengangguk dan mulai tersenyum. Limenghapus airmata kekasihnya yang masihtersisa.

”Mungkin untuk sementara ini, kita endapkan dulu persoalan ini ya, Ko.. !” Tri meminta dan melanjutkan, “ Aku ingin kita menjalani saja semuanya, mengalir laksana air. Jika pada masanya nanti semuanya akan bermuara jua di laut lepas. ” Tambah Tri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun