Sebelumnya selamat kepada 'Rumah Sehat' kita Kompasiana yang sedang memasuki era baru dalam melayani penggunanya (kompasianers) dengan penampilan barunya yang begitu dibanggakan. Sebab akan memudahkan kompasianers untuk melaporkan segala kejadian dan segala isi kepalanya dalam satu sentuhan.
Hal ini sudah dibuktikan oleh Kang Pepih dan Bang Isjet sebagai orang penting di Kompasiana dengan uji cobanya menulis dengan ponsel pintar yang mereka miliki. Nyaman dan sukses, menurut mereka. Tentu ini merupakan kabar gembira.
Apa yang dilakukan pengelola Kompasiana adalah untuk membawa era baru kepada penggunanya dalam mengakses Kompasiana. Walau apa yang dilakukan Kompasiana dengan tampilan versi mobile-nya sudah ada yang menerapkan.
Kenapa tampilan baru di versi mobile Kompasiana yang katanya demi kenyamanan mengundang suara-suara yang tak nyaman?
Setiap perubahan awalnya memang akan menimbulkan ketidak-nyaman dan memakan korban. Bagaimana pun perubahan adalah bagian dari proses kehidupan. Namun mau mendengarkan suara-suara tak nyaman pun merupakan sebuah pembelajaran.
Sebagai kompasianer yang lebih banyak mengandalkan ponsel dalam mengakses Kompasiana pasti akan mengalami ketidak-nyaman. Apalagi saya yang masih setia dengan ponsel dengan OS Symbian dan beberapa teman dengan ponsel OS Android dan juga BB mengalami kesulitan untuk menikmati kemudahan yang ditawarkan, Membalas komentar atau memberikan komentar tak bisa lagi. Mengirim tulisan pun tak bisa.
Mengalami kejadian ini, saya membayangkan sekarang saya dan teman-teman bagaikan 'hantu gentayangan' di Kompasiana. Maksudnya?
Ya, bagaikan hantu gentayangan yang bisa melayang ke sana-sini melihat manusia. Tapi tiada daya untuk menyentuh atau mengajak manusia bicara. Sama seperti kami, bisa membaca tulisan-tulisan yang ada di Kompasiana. Namun tiada daya untuk bisa memberikan komentar. Keinginan menulis dan memostingkan pun terpendam. Karena tak bisa mengirimkan tulisan.
Pada akhirnya. Apakah suara-suara 'hantu gentayangan' akan didengarkan?
Ah, jadi 'hantu gentayangan' saja belagu pakai protes segala. Tinggal bakar menyan dan diberi  sesajen juga pada anteng. Kalau saya sih pengennya jadi 'hantu gentayangan' yang berkelas. Tidak doyan sesajen yang cuma kopi, rokok, dan kembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H