Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesalahan Dianggap Bukan Kesalahan karena Kebiasaan, namun Tetap Kesalahan!

7 April 2010   00:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:57 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hal karena sudah menjadi kebiasaan dan umum dilakukan, akhirnya sudah kita anggap bukan sebagai kesalahan lagi, sehingga kita terus melakukannya..... Ada kalimat , "Tak apa-apa , itu bukan kesalahan karena dia tidak tahu itu salah !"   Atau , "Saya berbohong kan disuruh boss dan untuk kebaikan perusahaan kita , jadi tidak salah dong ! " Mungkin ada lagi kalimat ini , " Kalau tidak tahu ya tidak salah ! " Atau seorang yang harus menjadi pencuri , " Saya mencuri juga karena terpaksa , daripada mati kelaparan . Tuhan juga pasti maklum !" Menurut saya itu hanyalah kalimat penghiburan saja atau justru karena ketidak tahuan . Didalam hidup kita saat ini sudah terlalu banyak kesalahan yang telah kita lakukan namun kita anggap itu bukan sebagai kesalahan . Tetapi justru kita menganggapnya sudah seperti kebenaran, karena itu sudah merupakan kebiasaan umum . Bila kita melakukan pun tak ada salahnya . Sebuah kesalahan yang dilakukan berulang-ulang , suatu ketika bisa saja dianggap sebagai kebenaran . Suatu pembenaran yang indah yang tentunya menjadi penyesatan pada akhirnya . Membicarakan orang lain atau menyebarkan gosip , yang sudah menjadi makanan kita sehari-hari , sepertinya memang kita anggap bukan sebagai kesalahan lagi . Karena terjadi dimana dan kapanpun juga . Siapapun juga melakukannya . Bahkan bila berkumpul tidak bergosip , pertemuan akan terasa sepi dan hambar. Jadilah gosip sebagai pengisi waktu . Kita anggap tidak apa-apa , toh yang dibicarakan tidak ada mendengarkan . Ada lagi sebagian dari kita yang_ mungkin _ mempunyai kebiasaan untuk melampiaskan kemarahan bila menemukan hal yang tidak menyenangkan dan berkata, " Saya memang dari sananya pemarah, habis bagaimana lagi ? Itu memang sifat saya, tidak tidak bisa dirubah ! " Ada lagi bagi kita yang berbisnis atau berdagang , mungkin berbohong adalah keseharian demi untuk meraih keuntungan dan itu sudah dianggap lumrah . Seumpama ada yang membeli dagangan kita dan menawar harga sekian , tetapi kita akan berusaha berbohong , bahwa modal saja sudah sekian , padahal bukan segitu modalnya . Alasan kita namanya juga berdagang, jadi harus pintar-pintarlah berbohong . Kalau tidak bagaimana bisa meraih keuntungan . Kemudian kita juga akan menemukan ketidak tertiban dalam berlalu lintas , begitu santainya seseorang menerobos lampu merah , berjalan bukan pada jalurnya . Mengendarai kendaraan dengan melawan arus karena malas memutar balik. Kemungkinan karena setiap hari melakukannya sehingga sudah jadi kebiasaan , dan tak merasa lagi sebagai kesalahan . Alasannya , selama ini sudah melakukan dan tidak ada masalah . Tetapi apakah sebuah kesalahan akan menjadi bukan kesalahan karena sudah terbiasa dan sudah dilakukan banyak orang serta tidak bermasalah selama ini?! Kesalahan tetaplah kesalahan , ia tidak mungkin menjadi kebenaran oleh pemikiran dan pembenaran . Kesalahan akan menjadi kebenaran bila ada kesadaran bahwa itu adalah kesalahan dan kita tidak melakukannya . Semoga kesadaranlah yang selalu menyertai kita , bukan pembenaran .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun