Perjalananku pulang sore itu tertahan oleh kemacetan yang luar biasa. Total tak bergerak. Rute jalan yang biasa kulalui pergi-pulang kerja itu memang macet. Tetapi masih bisa merayap. Ada apa gerangan?
Klakson bersahutan. Sebagian pengendara kelihatan tak sabar. Bagi pengendara roda dua sebagian berebutan naik ke atas trotoar. Tampak juga ada sebagian lagi pengendara saling bertanya.
Ada yang hanya bisa menduga-duga terjadi kecelakaan. Dimana hal itu pasti menimbulkan kemacetan panjang. Timbul rasa penasaran. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab kemacetan?
Dari kejauhan aku bisa melihat. Ada kerumunan orang persis di tengah jalan. Lalu datang dua anggota polisi yang harus menerobos kemacetan dengan berjalan kaki.
"Ada apa, Pak? Ada apa, Pak? Apa yang terjadi, Pak?" tanya beberapa pengendara berbarengan.
Kedua anggota polisi tampak tak memperdulikan rasa penasaran orang-orang yang bertanya-tanya. Kelihatan sedang fokus untuk menuju tempat kejadian.
Walau hari hampir menjelang senja. Matahari mulai menuju ke tempat peristirahatannya. Tetapi kemacetan dan panasnya mesin serta asap kendaraan, membuat hawa terasa begitu panas. Peluh mulai bercucuran dari tubuhku.
Tak ada yang bisa kulakukan. Selain hanya bersabar. Menunggu petugas dapat mengendalikan keadaan.
Dalam kemacetan. Terlihat berbagai tingkah manusia. Ada yang kelihatan kesal dan mulai emosi. Membunyikan klakson semaunya.
Ada yang asyik mendengarkan lagu dari earphone ponsel sambil menggoyangkan kepala. Lebih banyak yang sibuk memainkan jari-jari di atas keypad ponselnya sambil senyum-senyum.
Aku? Lebih memilih berselancar mengikuti perkembangan berita sepakbola terbaru.
Kemacetan mulai terurai. Perlahan kendaraan mulai bisa melaju. Rasa penasaran para pengendara yang tertahan mulai terungkap.
Saat aku melintas, tampak sesosok mayat lelaki tertutup koran.