Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian yang Konyol

16 Desember 2011   16:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:10 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perjalananku pulang sore itu tertahan oleh kemacetan yang luar biasa. Total tak bergerak. Rute jalan yang biasa kulalui pergi-pulang kerja itu memang macet. Tetapi masih bisa merayap. Ada apa gerangan?

Klakson bersahutan. Sebagian pengendara kelihatan tak sabar. Bagi pengendara roda dua sebagian berebutan naik ke atas trotoar. Tampak juga ada sebagian lagi pengendara saling bertanya.

Ada yang hanya bisa menduga-duga terjadi kecelakaan. Dimana hal itu pasti menimbulkan kemacetan panjang. Timbul rasa penasaran. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab kemacetan?

Dari kejauhan aku bisa melihat. Ada kerumunan orang persis di tengah jalan. Lalu datang dua anggota polisi yang harus menerobos kemacetan dengan berjalan kaki.

"Ada apa, Pak? Ada apa, Pak? Apa yang terjadi, Pak?" tanya beberapa pengendara berbarengan.

Kedua anggota polisi tampak tak memperdulikan rasa penasaran orang-orang yang bertanya-tanya. Kelihatan sedang fokus untuk menuju tempat kejadian.

Walau hari hampir menjelang senja. Matahari mulai menuju ke tempat peristirahatannya. Tetapi kemacetan dan panasnya mesin serta asap kendaraan, membuat hawa terasa begitu panas. Peluh mulai bercucuran dari tubuhku.

Tak ada yang bisa kulakukan. Selain hanya bersabar. Menunggu petugas dapat mengendalikan keadaan.

Dalam kemacetan. Terlihat berbagai tingkah manusia. Ada yang kelihatan kesal dan mulai emosi. Membunyikan klakson semaunya.

Ada yang asyik mendengarkan lagu dari earphone ponsel sambil menggoyangkan kepala. Lebih banyak yang sibuk memainkan jari-jari di atas keypad ponselnya sambil senyum-senyum.
Aku? Lebih memilih berselancar mengikuti perkembangan berita sepakbola terbaru.

Kemacetan mulai terurai. Perlahan kendaraan mulai bisa melaju. Rasa penasaran para pengendara yang tertahan mulai terungkap.
Saat aku melintas, tampak sesosok mayat lelaki tertutup koran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun