Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecenderungan Merasa Lebih Baik yang Menumbuhkan Kesombongan

11 November 2013   15:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Memang serba susah jadi manusia. Jadi orang yang kurang percaya diri sepertinya hidup dalam ketakutan. Jangankan bicara di depan orang banyak, menatap seseorang di depan mata saja tak sanggup. Maunya menunduk.

Mau melakukan ini-itu sudah ketakutan sendiri. Ini soal krisis kepercayaan diri. Bila hal ini terjadi tentu merupakan masalah karena telah menjelma makhluk yang rendah diri. Ini sudah pasti tidak baik bagi pertumbuhan karakter dan jiwa. Pasti akan merasa tidak nyaman hidup dalam rasa rendah diri.

Sebaliknya serba salah juga kalau jadi orang yang terlalu percaya diri. Karena efeknya akan menjadi merasa diri sendiri selalu lebih baik dari orang lain.

Kecenderungan ini terjadi membuat kita tidak sadar diri lagi dimana kemudian lahir sifat tinggi hati. Diam-diam meremehhkan. Ini yang susah apabila kesadaran tak terjaga. Sudah tumbuh benih kesombongan namun masih belum mengetahui. Antara percaya diri dan tinggi hati tidak jelas lagi.

Hal ini terjadi, bila cermin kesadaran jarang digunakan atau malah sudah sangat berdebu. Karena lebih sibuk bercermin wajah saja setiap harinya.

Pernahkah secara reflek timbul perasaan ini: Ibadah saya lebih baik; amal saya lebih banyak; saya lebih peduli; anak saya lebih pintar; saya lebih ganteng/cantik; anak-anakku lebih pintar.

Kita mungkin sering juga menceritakan tentang kelebihan-kelebihan atau pencapaian diri sendiri. Ini kencenderungan yang bisa terjadi di mana saja. Di atas mimbar rumah ibadah atau di depan mimbar umum pun kerap terjadi.

Tidak ada yang salah memang karena kita sendirilah yang paling tahu dengan pencapaian kita. Membagikan kepada orang banyak dan berharap dapat menginspirasi sungguh merupakan hal yang baik.

Namun bila hati tidak terjaga niat lurusnya untuk berbagi kebaikan dan menginspirasi, bisa-bisa berubah jadi pamer kebaikan yang dapat menumbuhkan benih kesombongan.

Sombongnya kadang kita tidak rela mengakui sudah sombong padahal memang sudah sombong. Dengan bangga masih berkata,"Saya gak sombong loh, kalau saya ini orang baik dan sudah menolong banyak orang yang kesusahan. Semua orang tahu kok!"

Percayalah itu bukan perkataan saya, karena saya tidak sesombong itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun