Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran

2 Februari 2014   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebenarannya entah sudah berapa banyak hakekat kebenaran yang sudah saya dengar atau baca. Tapi belum juga membenarkan dan menyadarkan. Padahal sudah banyak ceramah yang sudah saya ikuti. Dari yang waktunya cuma satu jam sampai berjam-jam.

Duduk dari jam enam pagi sampai jam sembilan malam untuk mendengarkan hakekat kebenaran dengan diselingi istirahat sepuluh menit saja untuk makan yang menunya cuma sekepal nasi. Padahal untuk satu topik saja bisa lima - enam jam. Bayangkan!

Untuk yang ceramah dari guru biasa sampai maha guru. Dari yang lokal sampai internasional. Yang kelas doktor sampai profesor. Tapi tetap saja yang namanya bohong dan mencuri masih menjadi menu sehari-hari. Iri dan dengki masih jadi koleksi. Emosi dan benci setia menemani. Bagaimana ini?

Jangan Putus Asa

Kemudian sampai-sampai ada yang menyindir, "Percuma kamu banyak belajar, tapi sifat kamu tak berubah!" menyakitkan memang. Padahal sejujurnya di lubuk hati terdalam ingin sekali berubah menjadi baik dan benar.

Apakah ada sahabat yang mengalami hal yang sama mau berubah jadi baik tapi belum bisa-bisa? Ketika susah padahal sudah berusaha, mungkin kita merasa frustasi. Menyalahkan diri sendiri dan menganggap sudah tak bisa berubah lagi. Menganggap memang sudah sifat diri, sehingga kemudian timbul putus asa.

Sangat disayangkan bila kita sampai menjadi putus asa. Ibarat cita-cita, mau menjadi baik tentu perlu proses dan waktu untuk meraihnya. Jadi terus berusaha dan tetap tekun mendengarkan dan belajar hakekat kebenaran perlu terus dilakoni sampai keinsyafan itu hadir di hati.

Mengapa Hakekat Kebenaran Belum Mampu Mengubah Kita?

Kalau boleh jujur, sahabat yang modelnya seperti saya tentu tidak sedikit. Mau menjadi baik dengan banyak belajar tentang kebenaran tapi belum juga bisa baik, benar dan sadar.

Bisa jadi kebenaran hanya menjadi pengetahuan intelektual. Kebenaran belum sampai menyentuh hati, sehingga tak sanggup membangkitkan syaraf kesadaran untuk insyaf.

Bila hakekat kebenaran hanya jadi pengetahuan, maka itu hanya akan menambah keintelektualan saja. Tidak menambah kesadaran hidup sesuai nurani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun