Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karena Merasa Paling Benar, Berada di Lembah Kesalahan Pun Tidak Menyadarinya

11 September 2012   16:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Orang bijak mengatakan, ketika seseorang merasa ia yang paling benar, maka ia hanya akan menertawakan dan menghakimi kesalahan orang lain.

Apapun yang tidak sesuai dengan pemikirannya, semua itu akan dianggap sebagai kesalahan. Karena ia serasa bagaikan empunya kebenaran. Selalu membawa-bawa Nama Tuhan sebagai pendukungnya.

Dengan demikian, tidak ada lagi ruang kosong baginya untuk menyadari kesalahannya sendiri. Karena sebagai yang paling benar, manalah ada kesalahan dalam pemikirannya?

Walaupun sudah berada di lembah pandangan yang salah, ia tetap dengan bangga menepuk dadanya. Pandangan salah, tak jelas lagi untuk melihat.
Sebaliknya, orang yang memiliki pandangan benar. Walaupun ia sudah yakin melakukan hal yang benar. Namun ia tetap was-was akan kesalahan. Itulah sebabnya setiap saat ia berintrospeksi diri.

Walaupun selalu berusaha menjaga pemikiran, pandangan, dan berperilaku benar. Tak segan ia untuk mengakui kesalahannya.

Bila seseorang memiliki pandangan yang salah, maka hal yang benar pun akan menjadi salah.

Sungguh berbahaya. Karena jalan kesesatan telah terbuka lebar. Tetapi sedikit yang menyadarinya oleh kekerasan hati.
Sungguh bebal. Akukah itu?

Semoga kelembutan hati masih ada tersisa untuk menyadari ketersesatan ini. Karena siapa pun bisa tersesat oleh pandangannya yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun