Kamu bilang kamu yang benar. Saya bilang sayalah yang benar. Kamu bilang lagi pokoknya kamu yang paling benar. Tentu saja saya tak terima. Sebab saya yang paling benar pokoknya.
Kamu bilang saya yang salah. Saya tak mau kalah bilang kamulah yang salah.
Saling bantah dan salah-salahan. Sampai ancam-ancaman.
Begitulah seterunya. Tak ada yang mau kalah. Sama-sama keras kepala. Urat leher menegang. Hati panas kuping memerah. Mata melotot. Otot-otot meregang.
Selanjutnya.....
Keluarlah kata-kata caci-maki. Kamu bilang saya anjing. Saya bilang kamu monyet. Tak sadar kalau masih sejenis. Tapi saling mengumpat, aneh.
Kamu teriaki saya setan. Saya mengumpati kamu setan. Akhirnya jadilah sesama setan saling meneriaki. Heran.
Kamu hina saya. Saya pun hina kamu. Terjadilah saling hina-hinaan. Jadilah kamu dan saya merasa terhina. Padahal memang sama-sama hina.
Bukan malu. Tapi kamu dan saya malah begitu bangganya. Mempertontonkan segala tindak-tanduk yang seharusnya tak layak dilakukan seorang manusia.
Padahal kamu dan aku sudah di sekolahkan. Diajarkan tidak boleh berkata-kata yang kotor. Masih kalah dengan makhluk yang berekor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H