Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kak Ika, Menjadi Tukang Tambal Ban Demi Melanjutkan Hidup [Inspirasi Seorang Wanita 27]

21 Mei 2011   14:01 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku perhatikan wanita itu lincah sekali membongkar ban motorku yang kempes. Tidak ada bedanya dengan penambal yang berkelamin pria. Kulihat ia begitu riang melakukan pekerjaannya tanpa beban.

Rasanya baru pertama kali ini aku bertemu tukang tambal ban seorang wanita, karena selama ini yang kutemui adalah seorang pria.

Kurang lebih setengah jam acara tambal selesai. Kusodorkan uang sepuluh ribuan dan wanita itu mengembalikan tiga lembar ribuan. Sambil memandanginya aku ucapkan terima kasih.

"Akulah yang terima kasih!" tukasnya dengan logat Medan yang khas.

Entah karena jodoh untuk lebih lama bersama wanita itu atau karena kebetulan, ketika hendak meneruskan perjalanan, hujan turun dengan lebatnya.

Terpaksa dan diiringi sukarela aku berteduh di lapak tambal ban yang terletak di pinggiran Jakarta bagian utara. Kebetulan memang sedang tidak terburu-buru dan tidak membawa jas hujan.

"Berteduh sajalah bang. Memang mau pulang ke mana abang ini?" tanya wanita itu penuh keakraban.

"Terima kasih. Mau pulang ke Tangerang!" jawabku tanpa segan.

"Duduk sini, bang. Duduklah!" ia mempersilakan aku duduk di dekatnya.

Aku mendekati dan menghempaskan pantatku di bale bambu yang ada. Dari dekat, bisa kulihat wajah wanita itu ternyata lumayan juga. Khas Medan sekali. Dengan raut wajah yang berkarakter keras.

Tubuhnya cukup kekar untuk ukuran seorang wanita dan dibalut pakaian kerja layaknya seorang tukang tambal ban. Rambutnya dipotong pendek, sehingga karakter kerasnya lebih tampak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun