Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jokowi

26 Maret 2014   15:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:27 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa tak kenal Jokowi? Belum jadi presiden sudah dikira presiden sama ibu-ibu di pelosok negeri. Baru di-capres-kan saja malah  dikira sudah jadi presiden oleh sebagian orang. Bapak Joko Widodo yang akrab dengan sapaan Jokowi yang kini menjadi Gubernur Jakarta memang sosok yang paling diharapkan untuk memimpin Indonesia.

Padahal Pak Jokowi ini katanya tidak ada tampang. Sudah tidak ganteng, badannya kerempeng dan ndeso lagi. Benar-benar jauh dari penampilan seorang pemimpin masa kini. Heran. Kenapa banyak pula yang suka, bersimpati, dan mendukungnya jadi presiden? Walau demikian tetap ada pula yang tidak suka pada Pak Jokowi dan sibuk mencari-cari kesalahannya..

Sederhana, jujur, apa adanya, dan mau bekerja untuk rakyat bisa dikatakan sebagai sifat Pak Jokowi yang disukai sebagian orang. Karakter yang sudah jarang dimiliki para pemimpin kita, sehingga menimbulkan sebuah kerinduan bagi sebagian besar rakyat untuk menjadikan Pak Jokowi sebagai pemimpin.

Ada tiga hal yang dapat kita petik berkenaan dengan Pak Jokowi ini. Walau waktu sudah membuktikan kepemimpinan beliau di Solo dengan hasil yang baik dan setahun lebih memimpin Jakarta dengan hasil yang cukup memuaskan, tetap saja ada yang tidak menyukai.

Pak Jokowi walau dengan penampilan yang tidak keren dan ndeso, ternyata bisa menarik simpati untuk menyukai dirinya. Yang paling jelas kita bisa lihat dari seorang Jokowi adalah perilaku yang apa adanya bukan ada apanya.

Kebenarannya, Orang Baik Belum Tentu Disukai Semua Orang

Seperti Pak Jokowi, yang sudah mau bekerja keras demi kemajuan bangsa tapi tak memikirkan gaji masih ada saja yang tak menyukai dan mencaci. Siang malam mau bekerja sampai badan tak terurus, tetap saja ada yang tak puas.

Sudah tahu Pak Jokowi itu hanyalah manusia biasa yang tentu belum sempurna, nyatanya ada saja  yang mencari-cari kesalahannya untuk dijadikan lelucon. Bukannya mendoakan dan melihat hal baik yang ada padanya sebagai inspirasi.

Jadi kita, sebagai manusia, tidak perlu kecewa bila ada yang tidak menyukai diri kita. Apalagi seperti saya ini yang yang belum baik-baik amat. Wajar saja bila masih lebih banyak yang tidak suka daripada yang suka. Yang terpenting adalah selalu memiliki niat baik untuk menjadi baik. Tidak oleh ketidaksukaan orang lan kita berubah menjadi tidak baik.

Kebenaran yang tak bisa dipungkiri adalah sebaik apa pun kita sebagai manusia, pasti akan ada tidak baiknya bagi manusia lain. Sekaliber nabi sekali pun.

Tidak perlu menjadi yang paling baik atau paling benar, cukup menjadi baik dan benar sesuai dengan pengajaran yang kita terima dan bimbingan Guru. Bila ada yang menilai kita tidak baik dan tidak benar pasrahkan saja. Tak apa-apa. Yang terpenting kita berusaha untuk tidak menyakiti dan merugikan siapa-siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun