Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jokowi dan Nafsu Menulis

17 Juli 2013   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:25 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik tentang Jokowi memang selalu menarik untuk ditulis dan dibaca. Tak heran banyak yang menulis dan tetap banyak yang membaca.

Tak bosan-bosannya menjadi topik yang hangat di mana saja. Ya termasuk di Kompasiana selalu mengundang selera.

Saat ini Jokowi memang sedang jadi idola, sehingga banyak yang suka. Membuat banyak rakyat yang terpesona.

Jokowi memang pemimpin yang sederhana. Apapun Jokowi selalu dibela. Ada yang namanya Jokowimania.

Tanpa ragu yang suka itu termasuk saya. Tangan ini selalu gatal untuk menulis tentang dirinya. Semangat selalu menggelora untuk mengetik kata demi kata.

Tapi suka tidak suka. Jangan sampai membabi buta dan memuja seperti dewa. Jokowi hanyalah manusia biasa yang saat ini menjadi Gubernur Jakarta.

Sebenarnya menulis tentang Jokowi belum ada bosannya. Karena berita tentang Jokowi selalu ada. Jokowi sudah menjadi anak emas media. Jokowi adalah bintangnya.

Diam-diam hati ini bicara. Suka pada Jokowi boleh saja. Tapi jangan sampai menulis tentang dia seperti anak muda yang sedang jatuh cinta.

Apa yang dilakukan Jokowi ditulis semua. Kalau tak sadar lama-lama bisa jadi gelap mata. Menulis kehilangan gaya.

Menulis yang asyik apalagi ditambah nafsu bisa bikin lupa diri dan terperdaya. Terlena ingin mengejar nama. Bangga. Mendapat kesenangan semu belaka. Ini yang saya rasa. Tentu dengan penulis lain berbeda keadaannya.

Sekarang waktunya berkaca dan berdoa, agar hati terkendali seperti semula. Menulis penuh suka cita dan apa adanya. Hati senang dan dan menulis dengan lapang dada.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun