Saat karayawan pulang kerja dan memenuhi tempat parkir. Seorang rekan yang lebih lama bekerja berbisik,"Pak, yang itu bisa di bawa tuh!"
Saya tentu paham maksudnya. Tapi memang tampang saya mata keranjang atau buaya darat ya?
Tapi spontan saya membelalakan mata sambil bertanya,"Yang mana?" mata saya mengawasi beberapa wanita yang sedang mengeluarkan motor.
"Tuh... yang itu!" tangan rekan ini setengah menunjuk ke wanita yang dimaksud.
"Yang pakai jilbab itu? Yang benarlah, masa' sih?" saya belagak culun.
"Gak percaya si Bapak. Asal isi kantongnya kuat aja. Jilbab mah cuma kedok aja. Jangan dipercaya!" rupanya rekan ini paham betul kalau soal beginian. "Mau gak?"
Kebetulan otak sedang lurus dan hanya bisa bilang,"Yang di rumah satu aja gak habis kok!"
Saya membayangkan ke beberapa yang lalu. Saat wanita yang dimaksud itu ngobrol dengan satpam. Memang tercium aroma genitnya. Arah pembicaraan agak menyerempet ke hal yang sensitif.
Oooohh...Ternyata begitu toh, bisa dibawa!
Penampilan adalah cermin pribadi seseorang. Walau tertutup rapat di balik jilbab, aroma yang sesungguhnya tercium juga.
Yang patut disayangkan adalah menggunakan jilbab sekadar sebagai kedok. Padahal perilakunya bertolak belakang, sehingga justru menjadi omongan.