Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Memberi Janji, Bila Tak Bisa Ditepati!

26 Januari 2010   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:15 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Buat apa berjanji, bila kita tahu itu tak akan bisa ditepati? Lebih baik yang realitis saja, sehingga tidak menjadi tukang gombal dikemudian hari... [caption id="attachment_61497" align="alignleft" width="193" caption=": obor4.blogsome.com/"][/caption] Yang namanya manusia, dan punya mulut yang manis, selama hidup tak akan lepas untuk memberi janji-janji. Walaupun secara sadar menyadari, janji itu sulit atau bahkan tak mungkin untuk dipenuhi dikemudian hari? Tetapi tetap saja janji-janji itu diucapkan dan ditebarkan juga. Lalu mengapa janji itu masih tetap saja diumbar sedemikian rupa dengan tanpa beban dan dosa bila tak sanggup dipenuhi? Sebab telah tersedia seribu satu alasan-alasan indah yang membuai. Mungkin ini adalah salah satu sifat atau keahlian manusia yang sulit dihilangkan sepanjang masa soal janji-janji. Apa maksudnya keahlian? Ya, bisa membuat janji itu membutuhkan juga keahlian yang terlatih dan juga harus mempersiapkan alasan-alasan ketika janji itu tak bisa dipenuhi atau ditepati. Tentunya hal ini harus mendapat hitungan yang teliti. Karena ketika kita membuat sebuah janji, pada waktunya pasti akan ditagih oleh orang yang kita berikan janji. Namun sebenarnya tanpa sadar dalam kehidupan ini mungkin kita adalah termasuk satu satu yang melanggengkan sifat-sifat mudah memberikan janji-janji kepada anak atau orang terdekat kita. Sesaat saya baru sadar, ketika saat si kecil merengek untuk dibelikan mainan ketika saya baru pulang dari luar kota. Ketika saya mengingatkan, agar jangan beli mainan dulu tapi ia berkata, "Papi, mami yang janji sama dede, hari ini mau beli mainan buat dede kok! Kalau udah janji berarti harus ditepati. Kalau gak, itu namanya bohong!Mau. . . , jadi orangtua yang tukang bohong? " Kalau begitu , terpaksa saya sedikit memaksa si mami untuk membelikan. Walaupun mamimya agak keberatan. Kemudian saya mengingatkan , bila janji itu sekiranya tidak bisa dipenuhi, lain kali jangan gampang memberikan janji. Sekarang lebih baik kita kehilangan sekian ribu, namun kita juga bisa mengajarkan pada si dede untuk menjadi orang yang bisa tepat janji. Karena apabila kita sebagai orangtua tidak bisa menepati janji yang kita ucapkan dengan berbagai alasan yang masuk akal, si dede pasti akan merekam kejadian ini seumur hidupnya. Kemudian ia akan mencontoh juga dan menjadi orang yang suka ingkar janji dengan pemikiran, orangtua saya yang mengajarkan . Kalau tak bisa tepati, gampang saja tutupi dengan alasan-alasan juga akan beres. Intinya , lebih baik tak perlu memberikan janji-janji, sekiranya tak bisa dipenuhi kemudian hari. Atau itu akan merusak reputasi kita sendiri sebagai manusia yang hanya bisa memberi janji. Semoga kesadaran ini selalu ada dihatiku.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun