Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Gertak Saya! Anda Akan Kecewa!

12 Februari 2011   11:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menulis ibarat adalah suara hati saya, jadi jangan-jangan coba menggertak saya untuk berhenti menulis. Sebab Anda akan kecewa berat!

*

Pernahkah Anda digertak? Mungkin pernah, mungkin tidak!
Saat digertak, pasti juga reaksi kita berbeda.
Bisa tak peduli, ketakutan, atau bahkan tertantang menjadi berani dan melawan serta balik menggertak. Memang gertak-menggertak tak jauh dari hidup kita yang keras ini.

Soal gertak-menggertak tentu saja saya pernah juga digertak dalam hidup yang sudah sekian lama ini. Tetapi saya sendiri juga pernah menggertak untuk mempertahankan diri. Menghadapi gertakan, kadang saya takut, tapi adakalanya saya bisa timbul keberanian untuk menghadapi gertakan itu. Bahkan adakalanya gertakkan semakin menguatkan tekad dan semangat saya menghadapinya.

Khususnya dalam menulis (di Kompasiana), awal-awalnya saya juga pernah mendapatkan gertakan. Karena waktu itu suka menulis topik agama dan ditambah belum berpengalaman, sehingga begitu polosnya saya menulis. Digertak atau dicaci, pertama kali menciutkan nyali dan ingin berhenti menulis daripada menimbulkan masalah.

Gertakan bukan main-main, bukan hanya kata-kata kasar, tetapi bahkan dikirimi ilmu hitam_boleh percaya, boleh tidak. Pernah saya tuliskan disini.

Tetapi kemudian justru membuat saya semakin ingin menulis dan membulatkan tekad untuk membuktikan, bahwa saya tidak seburuk yang dituduhkan.

Gertakan juga datang dari si kecil. "Papi jangan nulis sih, nanti bisa dibunuh orang loh! Soalnya dede mimpinya begitu, nanti ada orang jahat yang gak senang sama papi! Apa enaknya sih menulis?"

Saya hanya menanggapi dengan berkata,"Yang benar, dek?!"

Selanjutnya menulis jalan terus. Karena menulis adalah hati saya, sehingga tak bisa berhenti untuk menulis.

Tak berhenti sampai disitu gertakan yang saya dapatkan.
Karena sering menulis dan tak ada hasilnya, istri juga ikut menggertak, agar saya berhenti menulis karena hanya buang-buang waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun