Bicara poligami memang tiada habisnya. Masih tetap hangat saja kalau dijadikan bahan pembahasan. Seperti pada sebuah acara perbincangan pada Minggu (05/2) di sebuah stasiun TV swasta.
Perbincangan selain berlangsung seru dan hangat. Tapi juga santai dan dihiasi canda. Bintang tamunya ada psikolog dan sosiolog.
Tak ketinggalan dua wanita yang pernah menjalani hidup sebagai wanita yang dipoligami.
Yang satu adalah janda mendiang penyair WS Rendra, Sitoresmi Prabuningrat. Satu lagi adalah mantan istri pertinggi Group Artha Graha, Peggy Melati Sukma.
Banyak hal menarik yang dibahas seputar poligami. Sampai ada istilah "selingkuh yang dilegalkan" oleh salah satu bintang tamu, Moammar Emka, penulis buku "Jakarta Undercover".
Dimana istilah itu sempat diprotes oleh bintang tamu lainnya, Sitoresmi. Tapi spontan dijelaskan oleh yang membuat pernyataan. Bahwa selingkuh sebenarnya artinya adalah membagi perasaan.
Poligami itu sendiri adalah ketika seorang pria membagikan perayaan kepada lebih dari satu wanita. Tetapi dilakukan secara resmi dengan adanya ikatan pernikahan. Jadilah poligami itu selingkuh yang dilegalkan.
Namun dari semua pembahasan yang paling menarik dan membuka pemikiran saya tentang poligami adalah pernyataan Sitoresmi dan Peggy. Walaupun keduanya berseberangan soal poligami. Tapi keduanya ikhlas.
Sitoresmi ikhlas menerima dirinya dipoligami oleh almarhum WS Rendra, sedangkan Peggy ikhlas tidak dipoligami oleh mantan suaminya, Wisnu Tjandra.
Dengan memilih bercerai ketika suaminya telah _ketahuan_ berpoligami. Setelah menikah beberapa tahun, baru diketahui ternyata Wisnu telah memiliki istri pertama.
Peggy melakukan hal itu, karena tidak ingin mencuri perasaan Wisnu untuk istri pertamanya. Sakit dan berat, tapi menurut Peggy itu adalah pilihan terbaik bagi hidupnya.