Apakah ibadah sekadar ritual sepanjang waktu tanpa dapat memperkaya hati dan keimanan yang terwujud dalam perilakuku sebagai umat beragama?
Beruntunglah orang - orang yang taat akan ajaran agamanya. Beribadah sepanjang waktu tanpa mengenal lelah. Ketika ibadah hanya menjadi sekadar ritual, maka akan ada kelelahan dan rasa bosan. Tetapi ketika yang ada adalah rasa cinta, maka akan menjadi semakin nikmat saja.
Yang menyedihkan seperti saya, sudah jarang beribadah, ketika melakukannya dengan tanpa rasa dan sekadarnya saja. Sudah jarang - jarang, sekali melakukan malah bosan. Kualitas macam apa ini?
Tak perlu dipertanyakan. Tak heran perilakunya meragukan sebagai manusia. Kalau lagu ada judulnya 'Manusia Setengah Dewa'. Kalau saya manusia setengah apa ya...? Mungkin manusia setengah - setengah.
Betapa indahnya dan sejatinya demikian, dalam ketaatan ibadah kepada Sang Pencipta akan semakin menumbuhkan kesejatian kita sebagai umat pilihan. Sebab ibadah yang penuh keimanan akan mendapat berkat Cahaya dan Kasih - Nya. Itu ada bila ketaatan yang lahir dari kesadaran nurani.
Ritual
Bila ibadah hanya menjadi ritual, maka kualitas kepribadian kita tak akan berubah. Sebab hanya fisik saja yang beribadah. Tetapi tidak dengan hati. Bisa juga beribadah hanyalah acara ikut - ikutan atau menjaga gengsi dan daripada menanggung malu.
Alih - alih hati semakin bersih dan keimanan semakin besar, yang ada justru keegoan yang bertambah besar. Karakter kesejatian tak muncul ke permukaan.
Entah mengapa semakin hari kita malah lebih mementingkan ritual keagamaan daripada memaknai esensinya. Ritual, pakaian dan wangi - wangian yang merebak, sementara aroma hati masih tersisa bau tak sedap.
Kesadaran
Bicara ibadah adalah soal hati. Ketika menyentuh hati adalah menyangkut kesadaran. Bila kesadaran yang menjadi sandaran, maka betapa nikmatnya sebuah ketaatan dalam ibadah. Kalau tak ada kesadarannya, bisa jadi beribadah hanya menjadi basa basi kepada Tuhan.