[caption id="attachment_193342" align="alignnone" width="240" caption="salah satu buku yang beredar//Liputan6.com "][/caption] Setelah beberapa waktu lalu heboh dengan beredarnya buku "Bang Maman dari Kalipasir" yang mengandung unsur perselingkuhan dan kekerasan beredar di Sekolah Dasar. Dimana kemudian langsung ditarik. Kini muncul lagi buku pelajaran khusus untuk SD berisi cerita porno. Ada 3 buku yang beredar. "Tambelo - Kembalinya si Burung Camar", "Tidak Hilang Sebuah Nama", dan "Ada Duka di Wibeng" yang diterbitkan oleh Era Citra Intermedia Solo. Ketiga buku tersebut telah beredar di sekolah-sekolah dasar. Khususnya di Kebumen dan Purworejo. Tentu saja membuat resah para orangtua murid. Anehnya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Bambang Ariawan, menyatakan tidak tahu-menahu atas peredaran ketiga buku tersebut. Kenapa bisa? Memangnya tidak ada pengawasan? Yang lebih aneh dan mengherankan. Mengapa buku-buku pengayaan untuk SD tersebut bisa lolos peredarannya oleh Depdiknas? Apakah mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak terdidik? Jangan-jangan unsur bisnisnya lebih kental daripada unsur pendidikannya dalam mengelola dunia pendidikan di negeri ini. Terbukti buku-buku yang jelas-jelas tidak layak untuk anak sekolah dasar dicetak begitu saja. Setelah ada protes. Ditarik begitu saja. Tidak terbayang berapa banyak uang negara yang dihamburkan. Takutnya, proyek pengadaan buku pengayaan tersebut hanya akal-akalan untuk memperkaya diri. Loh, kok bukannya berpikir yang porno-porno malah pikirannya soal korupsi sih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H