Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Heboh [Lagi] Buku Porno Masuk Sekolah!

8 Juni 2012   04:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13391293721444094688

[caption id="attachment_193342" align="alignnone" width="240" caption="salah satu buku yang beredar//Liputan6.com "][/caption] Setelah beberapa waktu lalu heboh dengan beredarnya buku "Bang Maman dari Kalipasir" yang mengandung unsur perselingkuhan dan kekerasan beredar di Sekolah Dasar. Dimana kemudian langsung ditarik. Kini muncul lagi buku pelajaran khusus untuk SD berisi cerita porno. Ada 3 buku yang beredar. "Tambelo - Kembalinya si Burung Camar", "Tidak Hilang Sebuah Nama", dan "Ada Duka di Wibeng" yang diterbitkan oleh Era Citra Intermedia Solo. Ketiga buku tersebut telah beredar di sekolah-sekolah dasar. Khususnya di Kebumen dan Purworejo. Tentu saja membuat resah para orangtua murid. Anehnya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Bambang Ariawan, menyatakan tidak tahu-menahu atas peredaran ketiga buku tersebut. Kenapa bisa? Memangnya tidak ada pengawasan? Yang lebih aneh dan mengherankan. Mengapa buku-buku pengayaan untuk SD tersebut bisa lolos peredarannya oleh Depdiknas? Apakah mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak terdidik? Jangan-jangan unsur bisnisnya lebih kental daripada unsur pendidikannya dalam mengelola dunia pendidikan di negeri ini. Terbukti buku-buku yang jelas-jelas tidak layak untuk anak sekolah dasar dicetak begitu saja. Setelah ada protes. Ditarik begitu saja. Tidak terbayang berapa banyak uang negara yang dihamburkan. Takutnya, proyek pengadaan buku pengayaan tersebut hanya akal-akalan untuk memperkaya diri. Loh, kok bukannya berpikir yang porno-porno malah pikirannya soal korupsi sih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun