[caption id="attachment_253606" align="alignleft" width="960" caption="sholeh budi yanto@kotak hitam"][/caption] Sesuai perjanjian awal yang disepakati bersama atas rencana akan diterbitkannya tulisan kami _saya dan Fitri Y. Yeye_ yang pernah dimuat secara bersambung di Kompasiana, ‘Satu Cinta Dua Agama’ adalah royaltinya kami ambil dalam bentuk buku.
Setelah bukunya diterbitkan, mulailah saya melakukan penawaran kepada teman-teman walau disertai perasaan tidak enak. Sebenarnya dari lubuk hati inginnya dibagikan secara gratis saja kepada teman-teman.
Tetapi atas nama kebenaran sekaligus pembenaran akan kebutuhan yang mendesak, sekaligus saya anggap sebagai rejeki, maka saya menjual buku hasil karya pertama saya bersama Fitri.
Namanya menjual sesuatu di mana-mana pasti sama akan menghadapi berbagai macam tipe pembeli. Itulah dinamika dalam hal jual-menjual.
Ada yang antusias menyambutnya dan langsung pesan. Ada juga yang biasa saja dan . Yang cuek pun ada. Tidak ada yang salah. Kita masing-masing memiliki cara untuk mengapresiasi dan kebutuhannya.
Dari semua itu, ada satu hal yang membuat saya terhentak dan menyadarkan saya dengan cara seorang teman di Kompasiana atau kompasianer mengapresiasi penawaran buku yang saya ajukan.
Awalnya saya katakan, harga bukunya cuma Rp 32.000. Tapi saya menemukan penjualan di Gramedia Online ada diskon 15%. Jadi saya jual Rp 27.000 saja.
Apa jawabannya? Untuk mengapresiasi karya seorang teman tidak usah pakai diskon-diskonan. Bila perlu malah dilebihkan. Itulah cara mengapresiasi sebagai seorang teman yang benar.
Terus terang selama ini saya jarang membeli buku hasil karya teman-teman di Kompasiana sebagai bentuk apresiasi. Itulah sebabnya jawaban membuat saya mulai berpikir dan menjadi bahan pertimbangan. Ada sedikit malu juga.
Ada lagi beberapa kompasianer yang sangat mengapresiasi dengan membeli cukup banyak untuk dibagi-bagikan lagi. Sangat luar biasa bagi saya. Maunya saya memberikan harga yang spesial, tapi justru dibeli dengan harga spesial he he he…..
Satu lagi, sebenarnya ada sebuah apresiasi yang datang dari kompasianer yang bekerja di bidang seni menawarkan kesempatan untuk bedah buku bersamanya. Tapi sampai saat ini saya belum memberikan keputusan.
Dalam kesempatan ini, secara khusus saya mengucapkan terima kasih atas karunia Tuhan berkesempatan menerbitkan sebuah buku, kepada Kompasiana yang telah memberikan media untuk saya menulis, Kompasianers _yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, maaf_ yang tiada henti memberikan apresiasi. Tak lupa juga terima kasih kepada diri saya sendiri yang selalu memiliki gairah untuk menulis tanpa henti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H