Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berubah

17 Mei 2014   19:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam hidup ini, kita pasti akan mengalami perubahan. Baik secara fisik maupun secara batin. Termasuk perubahan kehidupan dalam hal ekonomi. Tetapi yang menjadi nilai adalah kita mengalami perubahan menuju kepada lebih baik atau terpuruk.

Secara sadar, kita tentu ingin mengalami perubahan semakin menjadi baik. Semuanya bertumbuh dengan sehat. Tubuh dan jiwa. Ekonomi mapan. Namun dalam ketidak-sadaran kita terjebak dalam perubahan kepada ketidak-baikan. Kesehatan merosot karena mengkonsumsi makanan enak-enak tapi tidak sehat. Bahkan meracuni tubuh dengan kimia yang terkandung dalam bahan makanan. Ekonomi berantakan, karena tidak bisa mengelola keuangan.

Dari segi kerohanian, perjalanan zaman juga makin membuat kita merosot dalam hal moralitas dan etika. Kebaikan dan sopan santun yang merupakan sifat alami kita seakan ditelan peradaban modern. Kita tidak sanggup menolak ketidak-baikan menjadi bagian hidup. Hal yang tidak baik seakan dibenarkan, karena dianggap sudah manusiawi.

Tentu sebagai makhluk yang dikarunia nurani dan akal sehat sejatinya kita bisa menyadari bahwa hidup ini semestinya menjadi kesempatan bagi kita untuk mengalami perubahan kepada kebaikan. Bukan menjadikan pembenaran untuk terus hidup dalam kesalahan sebagai manusia.

Menyadari kesalahan dan mau memperbaiki, itulah kebijaksanaan

Setiap manusia memiliki sifat bijak di dalam dirinya. Apakah kita mau menggunakan atau tidak itu masalahnya. Acapkali kekerasan hati yang membuat kita mengabaikan suara bijak yang berbisik.

Ketika kita hendak mengambil satu keputusan antara berbohong atau mengatakan yang sejujurnya. Suara kecil yang mengarahkan hal benar yang harus kita lakukan, yaitu berkata jujur.

Tetapi dengan keras hati kita menolak untuk menghindari rasa malu kemudian kita harus berbohong. Ada penyesalan awalnya. Tapi bukannya menyadari, namun kebohongan menjadi kebiasaan.

Apakah hidup akan terus terbawa arus zaman yang akan membuat kita sulit berubah? Pada saatnya pedang kebijaksanaan penting untuk digunakan untuk berani menyadari kesalahan-kesalahan dan mengambil kesempatan untuk berubah. Sebab waktu terus berputar dan kesempatan tidak selalu ada.

Setiap waktu terus belajar dan berintrospeksi diri

Selagi nafas masih dikandung badan belajar memperbaiki diri adalah keniscayaan. Dari pengalaman hidup sehari0hari banyak hal yang bisa dijadikan pembelajaran untuk mendewasakan kerohanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun