Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertumbuh

18 Juni 2014   02:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:19 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup adalah bertumbuh. Ibarat pohon yang terus bertumbuh. Berakar kuat menghunjam ke dalam tanah dan berdaun lebat serta menghasilkan banyak buah. Apakah kita telah bertumbuh dan berbuah?

Ya, kalau secara fisik sejak dilahirkan terus mengalami pertumbuhan sampai dewasa dengan asupan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari.

Pertumbuhan anak - anak kita sangat menjadi perhatian, karena kita ingin anak - anak tumbuh sehat dan tak kekurangan gizi. Adalah sebuah kebanggaan bila anak - anak bisa tumbuh sehat dan mendapat pujian dari kiri - kanan.

Bagaimana dengan jiwa kita? Apakah ada pertumbuhan yang semakin membuat jiwa kita dewasa? Berita mirisnya bahkan ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan jiwa manusia ada yang berhenti sebelum umur sepuluh tahun.

Sebab banyak dari kita yang walau fisik sudah dewasa atau bahkan tua, tetapi jiwanya masih kerdil. Sensitif, mudah tersinggung, gampang emosi, pendendam, picik, suka mencari - cari kesalahan orang lain  dll. Ini menandakan tiada pertumbuhan jiwa lagi yang membuat kita dewasa dalam kerohanian. Ada jiwa - jiwa yang layu di balik tubuh - tubuh  yang lapuk, sehingga perilaku kita tidak mencerminkan jiwa yang bertumbuh dan utuh.

Apakah  sudah bertumbuh?

Apakah saya sudah bertumbuh dalam perjalanan hidup yang sudah cukup panjang ini? Pertanyaan ini layak kita pertanyaankan pada diri sendiri di dalam kesunyian malam yang hening, sehingga kita menemukan kejujuran dan kebeningan jawabannya.

Jiwa, benih kehidupan yang telah disemaikan di dalam raga kita pada dasarnya adalah bersih dan sejati diri yang penuh kebaikan. Penuh dengan sifat - sifat mulia.

Tetapi pada perjalanannya malah tidak bisa bertumbuh karena dipenuhi semak belukar kekotoran batin. Amarah, kebencian, mudah tersinggung, dengki, tamak dan sifat buruk lainnya.

Jiwa tak bertumbuh dan layu. Pada akhirnya yang berkembang justru keakuan yang justru membuat jiwa kita sulit tumbuh berkembang. Keangkuhan, merasa paling benar, mau menang sendiri, picik, berprasangka buruk, akal bulus.

Walau penuh kesalahan namun keakuan akan selalu menyangkal. Jiwa yang masih sayup - sayup bersuara akhirnya tenggelam oleh ramainya pembenaran. Segala sumber kebenaran dengan keras akan dianggap angin lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun