Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Berdana

11 Mei 2015   21:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

katedrarajawen - 20:55 11 Mei 2015


Apa tujuan dari kita beramal atau berdana? Memupuk kebajikan, kemanusiaan, dan beribadah? Sekadarnya atau untuk pamer? Atau untuk berbisnis dengan Tuhan?

#Selalu Ada Alasan untuk Tidak Beramal

Kalau untuk beramal boleh dibilang sangat jarang sekali. Senjata yang ampuh adalah untuk diri sendiri saja bukan hanya kurang tapi harus berhutang ke sana- sini. Bagaimana bisa punya kelebihan untuk memberi lagi ke yang lain?

Padahal selama ini hakekat kebenaran mengajarkan justru dalam kekurangan harus lebih bisa lagi memberi. Kekurangan janganlah dijadikan alasan untuk bisa beramal dalam hal materi.

Ketika dalam kekurang tetap bisa memberi, maka akan lebih bernilai pemberiannya. Satu kebenaran yang sungguh mudah dicerna tapi sulit mewujudkannya.

Penghiburan yang selalu terasa indah adalah kalau memang tak mampu tak usahlah memaksakan diri untuk memberi. Itulah yang menjadi penyebab selalu gagal untuk memupuk kebajikan.

#Walau Niat Beramal Namun Selalu Gagal

Namun lumayanlah niat baik untuk memberi selalu ada walau belum terwujud. Sewaktu terjadi gempa di Nepal pada 25 April 2015 yang merengut banyak jiwa terbersit niat untuk berdana.

Walau niat sudah ada tetapi lagi dan lagi dalam keadaan dana terbatas selalu ada kebutuhan mendesak sudah menunggu. Bagaimana ini?

Tetapi kali ini tak boleh gagal. Tidak boleh kalah lagi oleh alasan yang itu-itu saja sedari dulu kala. Apalagi suara dari dalam ikut menguatkan. Jangan cuma selalu niat tapi wujudnya cuma alasan-alasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun