Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beranikah Mengakui Kesalahan?

5 November 2012   02:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Terlalu sering kita merasa gengsi untuk mengakui kesalahan. Takut kehilangan muka. Padahal dengan mengakui kesalahan, kita tidak akan kehilangan apa-apa.

Berani mengakui kesalahan, diiringi dengan permintaan maaf. Menandakan kebesaran jiwa kita akan membuat kita dihargai dan menarik simpati.

Karena memang mudah untuk mengakui kesalahan dan tidak setiap orang bisa melakukannya.

Tentang mengakui kesalahan ini, Si Deden di rumah memberikan pengajaran kepada saya.

Saat ia nakal, tidak mau mendengarkan omongan orang tua. Lebih banyak main daripada belajar.

Ketikan hasil ulangannya jelek, baru ia menyadari akibat malas belajar. Ia datang ke maminya dan berkata,"Mami, maafin Dede ya. Dede salah karena gak dengarin kata Mami. Dede udah ngecewain Mami."

Bila sudah demikian luluh juga hati orang tua. Mau marah jadi memaklumi. Yang ada kemudian justru membesarkan hatinya.

Pada akhirnya, orang yang berani mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab menandakan memiliki kebesaran jiwa. Ia adalah seorang pemenang.

Sebaliknya, orang yang selalu menutupi kesalahannya, mencerminkan kekerdilan jiwanya. Jelas ia hanyalah seorang pecundang.

Termasuk golongan manakah kita? Pemenang atau pecundang?
# Tuhan...sungguh aku malu dengan diriku yang hanya berani menyalahkankan. Tapih takut untuk mengakui kesalahan. Ampuni ya Tuhan. Beranikan diriku untuk menjadi manusia yang takut akan kesalahan. Jujur mengakui kesalahan dan berani bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun