Belajarlah sebanyak yang engkau bisa. Belajarlah dan bukan untuk menjadikanmu semakin pintar, karena kepintaran dapat membuatmu menjadi bodoh, sehingga terjatuh dalam kesombongan.
Kesombongan membuat diri tidak bisa menemukan jalan kebenaran. Tetapi belajarlah untuk menjadi bijak, karena orang bijak selalu merasa dirinya bodoh, sehingga engkau semakin rendah hati, karena merasa belum tahu apa-apa.
Oleh sebab itu, kerendahan hati akan membuat dirimu menemukan jalan kebenaran dalam hidup ini. Kebenaran yang akan meluruskan jalan masa depanmu. [Sang Guru]
Belajarlah sebanyak yang engkau bisa. Belajarlah dan bukan untuk menjadikanmu semakin pintar, karena kepintaran dapat membuatmu menjadi bodoh, sehingga terjatuh dalam kesombongan.
Apa tujuan kita belajar _hal yang baik_ dalam hidup ini? Segala hal yang baik memang perlu kita pelajari, selain bisa berguna bagi hidup kita tentu juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Memandang rendah orang lain.
Kita belajar agar bisa menguasai hidup yang akan kita jalani. Tahu kebenaran hidup ini. Bukankah itu yang utama? Namun bila tujuan kita belajar supaya menjadi pintar, maka akan mudah sekali dikuasai oleh kesombongan.
Dalam kepintaran, alih-alih kita menyebarkan kebajikan. Sebaliknya kita menjadi merasa paling pintar untuk menguasai orang lain. Meremehkan. Kita malah menyebarkan kearogan. Ketika ada yang hendak memberikan kebenaran baru dari apa yang kita ketahui, yang ada adalah penolakan. Bagaimana kita bisa belajar lebih banyak lagi?
Kepintaran dalam kesombongan membuat kita mudah menertawakan kebodohan orang lain. Menyepelekan. Padahal kepintaran kita tidaklah membuat kita tahu segalanya. Pasti ada kelebihan dari orang yang walau kita anggap bodoh.
Bukankah kita juga melakukan hal yang bodoh saat kita menertawakan orang lain karena kebodohannya? Kepintaran otak kita tidak secara otomatis sama dengan kecerdasan spiritual. Orang yang cerdas secara spiritual tentu tidak akan menertawakan, meremehkan apalagi menghina kebodohan orang lain.