Beberapa waktu yang lalu ustad Fahmi Albuqorih dalam ceramahnya di hadapan Fauzi Bowo menyebut,"Kalau Jakarta dipimpin non Muslim, maka bisa saja Jakarta seperti Padang, yang dilanda gempa dan banjir bandang seperti saat ini."[Tribunnews.com]
Jelas dalam kalimat-kalimat yang diucapkan ustad Fahmi ada unsur kampanye dan memprovokasi. Dengan kata lain mengancam secara halus dan menakuti jemaah, agar jangan memilih Jokowi-Ahok. Karena seperti kita tahu Ahok adalah non Muslim.
Dengan pongah ustad Fahmi melecehkan orang non Muslim dalam hal ini Ahok. Bahwa kalau Jakarta dipimpin orang non Muslim bakal terjadi gempa sebagai hukuman dari Tuhan. Hebat nian.
Buktinya selama Ahok jadi Bupati Belitung Timur tidak terjadi gempa atau banjir yang menenggelamkan Pulau Belitung.
Begitu juga Singkawang yang dipimpin walikota non Muslim yang orang Tionghoa, Hasan Karman. Termasuk Wagub Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya yang non Muslim. Ternyata aman-aman saja dari gempa dan banjir.
Jadi perkataan ustad Fahmi memang sulit diterima akal sehat. Kemungkinan besar beliau sedang kehilangan akal sehat.
Selain itu, pernyataan sang ustad juga dianggap melecehkan orang Padang
Sungguh terlalu.
Herannya, pernyataan ustad Fahmi yang jelas-jelas untuk menyenangkan "sang boss" yang hadir. Melecehkan agama lain dengan provokasi justru lolos dari pantauan Panwaslu. Aneh.
Tetapi pernyataan Rhoma Irama yang intinya mengajak jemaah untuk memilih yang seiman justru diperkarakan.
Memang sekilas tampak ada yang aneh. Tidak adil. Pilih kasih oleh Panwaslu. Apalagi Bang Haji mengaku hanya untuk menyebarkan kebenaran dengan pernyataannya.
Nah, mengapa perkataan ustad Fahmi dalam ceramahnya yang jelas-jelas kampanye terselubung di tempat ibadah dan melecehkan umat lain bisa lolos dari Panwaslu?