Sebuah pertanyaan yang menyentak kesadaran saya. Walau dengan kondisi saya saat ini belum bisa berbuat apa-apa.
Sehabis berpergian baru-baru ini kami kehujanan. Sesampainya di rumah saya langsung menyuruh si Dede mandi, agar terhindar dari sakit.
Setelah selesai dan berpakaian rapi, si Dede mendekati saya dan berkata,"Pi, kita sekali kehujanan aja repot. Takut sakit. Bagaimana dengan orang-orang yang gak punya rumah setiap hari kehujanan di jalan dan tidur di bawah jembatan? Pasti kedinginan! Kasihan ya, Pi?!"
Saya menjawab,"Iya, De. Kasihan gak punya rumah dan harus kehujanan. Makanya Dede perlu bersyukur masih bisa tinggal di rumah dan gak kehujanan!"
Mengapa saya katakan menyentak kesadaran? Apa yang dipikirkan si Dede sudah lama tidak terpikirkan oleh saya.
Karena sekarang ini sudah lebih banyak memikirkan dan peduli pada diri sendiri.
Namun justru si Dede yang masih bisa memikirkan mereka yang harus kehujanan karena tak punya rumah.
Jadi teringat kembali sebuah kepedulian walau tak cukup berarti. Keinginan untuk memberikan makanan pada mereka yang hidup di jalanan setiap gajian.
Padahal Sang Guru pernah berkata,"Hidupmu akan menjadi lebi berarti bila selalu memiliki kepedulian pada sesama dengan berbuat sesuatu yang berguna bagi mereka."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H