Pagi ini, Kamis (25/8) saat baru buka Kompasiana, terasa kaget juga mendapatkan permintaan pertemanan dari nama baru tapi rasanya tidak asing lagi. Ma Sang Ji & Katedra Rajawen Jr atau dengan akunnya http://kompasiana.com/marajawen.
Tak disangka-sangka oleh saya, secara spesial Mbak Ma Sang Ji telah membuatkan sebuah akun khusus untuk kami menulis yang rencananya kemudian akan dijadikan buku.
Saya terkaget-kaget duluan karena sebelumnya belum baca pesan beliau di kotak masuk.
Sebenarnya awalnya saya malu-malu melamar untuk jadi pasangannya, ketika Mbak Ma secara khusus membuka lowongan untuk mencari pasangan/jodoh. Karena saya tahu pasti banyak saingannya.
Lagi pula saya ini penulis iseng bukan penulis buku dan saya juga sebenarnya belum begitu minat menulis buku.
Mengapa saya malu-malu melamarnya?
Karena saya tidak yakin Mbak Ma tertarik pada ketampanan saya ha ha ha ..... eh maksudnya gaya tulisan saya yang termasuk sederhana dan tidak menjual.
Tak disangka dan diduga, saya belum sempat ke dukun dan mengadakan ritual khusus agar Mbak Ma mabuk kepayang pada lamaran saya justru lamarannya mulus dikabulkan tanpa syarat yang berat-berat.
Tadinya sudah malu-malu, begitu diterima justru kemaluan alias malu benaran alias benar-benar malu.
Sampai kemudian Saya bertanya-tanya apakah saya dapat membahagiakannya.
Tentu saja membahagiakan dalam arti bisa bekerjasama dan menulis sesuai apa yang diharapkan.
Terus terang saja, selama ini kami di Kompasiana jarang saling bertegur sapa atau saling memberikan komentar. Saya sendiri juga belum begitu mengenal Mbak Ma ini.
Jadi, terang saja ketika lamaran saya diterima tanpa melalui prosedur yang berbelit dan dipersulit. Saya juga tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk ke paranormal, agar segalanya lancar.
Harapan saya tentu saja proyek ini bisa berjalan lancar dan menghasilkan sebuah buku yang tidak mengecewakan. Tentu juga tak lepas dari kritik, saran atau masukan para sahabat semua untuk kami.
Selanjutnya, saya juga berharap pada akhirnya apa yang kami lakukan tidak mendatangkan rasa malu tetapi kami jadi tahu malu.