Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air

18 Desember 2015   19:58 Diperbarui: 18 Desember 2015   22:13 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Air ~ 16:59 18 Desember 2015

Air mengalir menuju kerendahan secara alami
Ajaran kehidupan yang acapkali lalai  dipahami
Manusia selalu berebut mencari tempat yang lebih tinggi
Kedudukan dan kekuasaan diraih demi gengsi dan harga diri

Air mengalir menyatu di lautan, sungai dan telaga
Menampung segala yang ada Batu,kayu dan permata
Sampah dan kotoran pun diterima
Meninggikan tumbuhan dan barang ringan di atasnya
Benda keras akan tenggelam di dasarnya
Satu pembelajaran berharga yang dilupa
Hanya para bijak yang dapat menerima

Seperti sifat air yang ada
Para bijak bisa menerima siapa saja orang mulia dan berdosa tak ada yang dibeda
Semua dapat diterima sebagaimana adanya

Para bijak menyepi dari keramaian dunia
Merendahkan hati untuk melayani sesama
Meninggikan mereka yang lembut dan hati terbuka
Sama seperti air yang sudah dikata
Para bijak pun tak bisa mengubah yang keras hati dan kepala

Air menyejukkan itu sifat alami
Menyegarkan tubuh dan memberi energi
Membersihkan kotoran dan daki
Begitu sejatinya aku memahami
Menyejukkan dan menginspirasi demikian aku menjadi
Membersihkan kekotoran batin setiap hari

Satu lagi
Air adalah sumber kehidupan yang tak terganti 
Begitu pula di dalam diri ini
Ada sumber kehidupan    yang harus aku selami
Di mana ada sejati diri yang menanti

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun