Mengapa ketika penyebaran agama semakin luas dan akses untuk mendapatkan ajaran agama semakin mudah untuk meningkatan kualitas moral. Tapi justru moralitas
umat beragama semakin merosot dari hari ke hari?
Lalu para agamawan mencari kambing hitam atas kemerosotan moral ini. Salah satunya yakni kemasiatan. Hal-hal yang berbau maksiat disalahkan.
Benarkah? Ada benarnya memang. Tapi?
Mengapa para agamawan tidak berani mengakui bahwa kemaksiatan itu marak justru akibat kemerosotan moralitas?
Merosotnya moralitas akibat kemerosotan kualitas keagamaan para agamawan itu sendiri. Karena tidak menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Tidak memikul tanggung jawab dengan sepenuh hati dan jiwa untuk melayani umat.
Yang paling utama adalah kemerosotan keteladanan para agamawan itu sendiri. Berapa banyak yang dapat menjadi teladan umat?
Para agamawan sekarang lebih banyak yang pintar bicara dan menyalahkan umat. Tapi keteladanan hidup mereka masih menjadi pertanyaan.
Kata-kata baik yang diucapkan di bibir saja hanya akan berkesan sekejap. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Tapi kalau keteladanan akan membekas di dasar hati.
Jadi para agamawan jangan hanya menyalahkan kemaksiatan sebagai penyebab kemerosotan moralitas umat beragama. Tapi carilah kesalahan pada diri sendiri yang tidak bisa menjaga dan membimbing umat, sehingga terjerumus dalam kemaksiatan.
Memang setiap manusia yang akan mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri. Tetapi jangan lupa sebagai seorang agamawan pun punya misi dan tanggung jawabnya sendiri untuk membimbing dan menjaga umatnya.
Siapa saya sehingga menuliskan hal ini? Tak lebih hanya seorang umat yang sedang tersesat di lautan kemaksiatan saat ini yang mencoba menyelami untuk membangkitkan dirinya yang sejati.