Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama Jadi Kebanggaan, Kitab Suci Jadi Bacaan, dan Tuhan Hanya Dicueki!

9 Januari 2010   17:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:32 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Adalah waktunya hidup kembali kepada Nurani, karena itulah jalan menuju kepada kesucian untuk mengerti kitab suci, agama , dan Tuhan [caption id="attachment_51241" align="alignleft" width="300" caption="www.kaskus.us/showthread"][/caption] Coba kita renungkan bersama-sama, mengapa bangsa kita yang begitu besar dengan segala kekayaan alamnya yang luar biasa melimpah dan juga dikarunia agama-agama langit yang terbaik di bumi ini dengan kitab-kitab sucinya yang tak terbantahkan Kebenarannya. Kemudian juga dikaruniai pemuka - pemuka agama yang hebat yang lahir di negeri pertiwi ini. Akan tetapi sampai hari ini , apa yang bisa kita dapatkan dengan segala potensi yang demikian? Seharusnya dan sepantasnya adalah kita menjadi bangsa yang terbaik dan termaju diatas bumi ini! Lalu kenapa itu tidak terjadi dan menjadikan kita masih bermimpi? Karena selama ini , kitab suci hanya jadi bacaan, agama jadi kebanggaan, dan Tuhan dicueki. Dalam hal beragama lebih banyak menggunakan perasaan dan pikiran dangkal atau karena memang karena turunan . Kita lebih senang dan bersemangat mempermasalahkan hal-hal yang sepele dan mempermasalahkan perbedaan sehingga sulit untuk bersatu. Konflik agama justru tak jarang terjadi dalam agama yang sama, karena yang bicara adalah ego dan lebih mengedepankan kepentingan daripada kebenaran . Masalah ini yang sulit membuat kita maju dalam keimanan dan selalu membuat kita terpuruk seterusnya. Selama kitab suci hanya jadi bacaan dan menggunakan pemahaman yang dangkal maka tak jarang justru menyesatkan jalan bukannya menjadikan kita lebih benar apalagi untuk menyucikan . Belum lagi membacanya hanya dengan ego dan pemikiran maka hanyalah akan membuat kita menjadi lebih pintar bukannya lebih bijaksana. Kita setuju bahwa kitab suci adalah berisi Kebenaran Sejati namun sudah berapa banyak dari umat manusia yang menjadi suci dan sejati dengan kitab sucinya? Barangkali hanya bisa dihitung dengan jari! Sekali lagi karena kita lebih suka membaca dan mengkajinya secara ilmiah atau sebaliknya dipahami secara buta . Jadi pemahamannya hanya sampai dikepala , belum menyentuh kehati. Karena negara kita adalah negara beragama maka mau tak mau kita memeluk agama tertentu atau juga terpaksa beragama karena keturunan. Ketika kita ditanyakan agamanya, maka kita dengan bangga mengatakan, agama saya ini dan ini yang paling baik dan benar. Ada juga yang demi untuk menunjukkan bahwa ia beragama , simbol-simbol suci dikenakan dengan bangganya. Tak ada yang salah memang dengan membanggakan agama yang kita peluk dan itu adalah yang seharusnya. Namun apalah artinya bila agama hanya sebatas menjadi kebanggaan dalam bentuk-bentuk simbol bukan dalam bentuk perilaku hidup sebagai umat yang beragama? Akhirnya adalah agama tetap sebagai agama dan kita adalah tetap kita sebagai manusia. Tak heran ada istilah "orang mengaku beragama tapi perilakunya seperti orang yang tidak beragama, bahkan lebih parah! Kalau tidak mau dikatakan serupa binatang!"_istilah itu pasti dan sudah menyinggung saya! _ Setiap orang yang beragama pasti percaya dengan adanya Tuhan. Kalau ditanya Tuhan ada dimana? Maka akan dengan yakin menjawab, Tuhan ada dimana-mana bahkan ada dihati kita! Benar dan setuju sekali. Sekarang pertanyaannya adalah, bila Tuhan ada dimana-mana dan bahkan ada dihati kita mengapa perilaku kita belum bisa terjaga dan tak malu dilihat Tuhan saat melakukan perbuatan yang sudah dilarang Tuhan? Bukankah itu bisa dikatakan kita mencueki Tuhan. Mengapa begitu berani? Padahal didepan boss saja pasti kita takut berbuat salah dan malu! Kita yang beragama juga pastinya mengaku ber-Tuhan tapi mengapa perilaku kita sepertinya tidak ber-Tuhan malah lebih sering ber-hantu? Kesimpulannya adalah yang terbaik kita menemukan terlebih dahulu Hati Nurani karena itu adalah pelita yang benderang untuk memerangi jalan hidup ini. Karena setelah menemukan Hati Nurani barulah kita bisa menyadari bahwa kitab suci, agama dan Tuhan adalah bagian dari diri kita juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun