Gonjang-ganjing berkenaan dengan perilaku negatif penggunanya yang disebut kompasianer di Kompasiana bukan sekali duakali saja.
Dari perdebatan panas soal agama yang membuat urat leher mengeras sampai krasak-krusuk tulisan esek-esek yang berakibat Kompasiana berlendir-lendir.
Seru. Pro kontra merebak. Tapi semuanya berlalu. Ibarat pribadi yang saya plesetan "hilang satu tumbuh lagi satu".
Demikianlah keadaan Kompasiana. Hilang satu masalah, muncul lagi satu masalah. Untung bukan hilang satu tumbuh seribu. Soalnya satu saja bikin Admin pusing tujuh keliling. Kompasianer uring-uringan.
Baca-baca sana-sini. Ternyata sekarang muncul kasus akun kloningan yang meresahkan. Dimana digunakan untuk kepentingan mengaktualkan tulisan sendiri. Lalu muncul akun dengan nama yang sama dengan akun kompasianer yang sudah eksis.
Akibatnya ada kompasianer yang melayangkan protes keras dan berat ke Admin. Tapi sampai saat ini Admin bergeming. Entah apa yang sedang terjadi.
Suasana makin keruh karena akun kloningan masih tetap eksis. Banyak sudah kompasianer yang merasa kebakaran jenggot. Heran. Padahal banyak yang jelas-jelas tidak punya jenggot. Bahkan selembar kumis pun tidak. Ini aneh!
Sampai pada hari ini saya membaca tulisan seorang kompasianer kawakan, Budi van Boil yang bertanya,"Min, mana taringmu?!
"
Saya yakin maksudnya adalah mengultimatum agar Admin menunjukkan taringnya.
Tidak salah nih?
Lalu saya sedikit berfantasi. Membayangkan bagaimana reaksi para Admin di ruang kerjanya ketika membaca tulisan Mas Boil.