Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Omong Kosong tentang Bayam

25 Agustus 2021   06:32 Diperbarui: 25 Agustus 2021   06:39 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : postwrap 

Tak usah berkecil hati bila ada yang meremehkan atau tidak menganggap diri kita. Karena itu adalah kesempatan terbaik untuk menunjukkan potensi diri yang sejati. 

Sejatinya diri ini punya kemampuan dan bermanfaat bagi kehidupan, tetapi acap kali tak menyadari memiliki potensi itu. 

Pagi nan sejuk, ada sesuatu yang menarik penglihatan saya di antara rerumputan hijau. Tampak beberapa batang bayam liar  di bawah teras rumah mertua yang di Lampung. 

Ini sesuatu yang sangat menggoda mata dan rasa. Karena oleh kesibukan jarang memperhatikan hal ini. 

Daun bayam  yang hijau segar begitu menarik perhatian saya, walaupun sebagian daunnya kotor tersiram ampas kopi. Hal ini tak perlu merasa jijik untuk memetik. 

Ternyata di kebun belakang rumah juga saya menemukan beberapa pohon lagi dengan daun yang segar menggoda untuk membelainya. 

Memetik sayur di kebun memang ada perasaan yang berbeda daripada membeli dari pasar seperti biasa. Ya, tentu saja ada perasaan yang lega. Karena tidak harus memeras kantong alias gratis. 

Setelah itu saya mencuci bersih di saluran air yang mengucur dan menaruh rapi di wadah. Niatnya nanti pas mau makan baru saya rebus. Nikmat sudah terbayang. 

Namun, ternyata bayam liar yang saya petik tersebut tanpa permisi diolah istri dengan cara menggoreng bercampur tepung. Tanpa permisi saya pula para ibu yang berkumpul di dapur sudah mencicipi daun bayam goreng tersebut. 

"Enak," seru salah satu ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun