Dalam perjalanannya saat usia 24-an saya malah mulai tergoda dengan jalan spiritual. Hampir setiap malam ada kegiatan. Tidak peduli hujan dan harus pulang tengah malam melalui jalan sepi dan semak-semak. Rasa takut malah ciut.
Semakin hari semakin bersemangat, apalagi mulai banyak kegiatan dan pelatihan untuk melayani. Saya merasakan kegairahan yang luar biasa. Â Gairah yang belum pernah saya rasakan selain bermain sepak bola.Â
Di jalan spiritual ini bervegetarian  --tidak memakan daging atau segala yang bernyawa--adalah keharusan. Herannya saya  sama sekali tidak merasa sebagai beban. Saya dengan mudah bisa belajar menjalani. Padahal katanya daging itu enak. Orang yang tidak. Akan daging itu paling bodoh di dunia. Katanya.Â
Selain itu di jalan spiritual ini menikah adalah bukan pilihan lagi. Karena tujuan utamanya adalah "menikah" dengan kehidupan dan umat manusia di mana pun berada. Siapa takut? Hal ini pun tidak membebani sama sekali.Â
Melihat semangat dan kegairahan saya yang tulus ini, pada suatu waktu guru spiritual saya mengajak untuk ikut beliau.Â
"Kerja untuk kebaikan saja. Kamu tidak akan kelaparan," katanya sambil tertawa.Â
Kata-kata yang sangat menggetarkan jiwa. Dorongan hati sedemikian kuat.Â
Sejak saat itu saya sudah punya pikiran  untuk berhenti kerja. Yang bingung itu bagaimana mengatakan pada bos. Karena saya termasuk karyawan kesayangan. Sokmujidotcom. Termasuk juga memberitahu pacar di seberang soal pilihan hidup ini. Saya juga sudah berniat memutuskan  hubungan secara baik-baik. Tanpa pesangon tentunya.Â
Entah memang sudah jalannya, saya juga mendapat kabar bahwa oleh satu peristiwa dia ingin menikah dengan mantannya. Ya, sudahlah. Pas, kan?Â
Tekad saya sudah bulat bahwa jalan spiritual adalah pilihan hidup. Untuk pilihan kerja ini memang tidak ada gaji, tetapi memang dijamin tidak akan kelaparan.Â
Waktu juga yang  membuktikan ke mana-mana selalu dapat makan. Enak lagi. Ada yang antar dan jemput. Seperti bos, walaupun kantongnya kosong.Â