Aih, kamu, Ri. Nakal ya? Setiap saat itu Abang niat jadi orang baik, tapi sampai sekarang masih belum layak disebut orang baik. Itu yang bikin Abang gak habis pikir juga kenapa? Begitu mau jadi baik, langsung kena cobaan untuk jadi tidak baik hahaha.
Kok ketawa, Bang?
Menertawakan kebodohan diri, Ri. Makanya untuk kasus gubernur OTT ini Abang gak berani macam-macam menilai. Takut jadi omong kosong.
Tobat ceritanya?Â
Bukan sih. Lebih tepatnya tahu diri. Karena Abang pada suatu masa pernah dianggap orang baik, lurus, dan bersih. Lalu dianggap bikin kesalahan. Padahal itu ada niat baik. Tapi vonisnya tetap salah.
Oh, kasihan.
Kok?
Maksudnya kasihan orang yang salah paham itu.Â
Yang lebih tragis memang sih, ketika kita dianggap orang baik dan lurus tiba-tiba melakukan kesalahan lantas dihujat dan dihakimi sehingga seribu bahkan sejuta kebaikan pun tak berbekas.
Iya, tragis Bang. Ibarat segentong susu jadi rusak karena setitik nila. Ibarat tulisan bagus-bagus jadi taknyaman karena typo satu kata.
Bisa aja kamu, Ri. Nyindir nih kayaknya. Ya, beginilah dunia dengan manusianya. Sepanjang zaman akan terus begini kejadiannya. Bagaimana pun itu menjadi orang baik tetap adalah pilihan. Benar, kan?