Katedrarajawen _Di depan mata, jelas-jelas rawa, masih dibangun rumah juga. Namanya usaha melanggar aturan pun dicoba. Demi keserakahan dan laba.Â
Yang memberi izin pun seakan buta, mana boleh membangun rumah di atas rawa. Namun demi sesuatu tak lagi berpikir bisa bikin celaka.Â
Yang di kemudian jadi perkara, yang mau membeli ada saja. Entah pakai guna-guna apa pembeli terlena, walau harus keluar uang berjuta-juta. Lalu mencicil puluhan tahun lamanya.Â
Ketika banjir tiba, mata baru terbuka. Kebodohan macam apa. Jaminan promo  bebas banjir, dibalik ternyata. Banjir bebas masuk maksudnya.Â
Apa mau dikata, hanya bisa tabah diiringi tetesan air mata dalam doa, ketika hujan di tengah malam tak terbendung jadi petaka. Berlarian sambil menengok rumah yang tinggal tampak atap saja.Â
Akhirnya, walau hanya bisa membawa barang seadanya, yang bernilai nyawa masih ada. Dan, dengan kata yang tersedia berucap, "Semua ini akan berlalu dan akan baik-baik saja. Aku hanya perlu sedikit tabah."Â
Dalam lebat hujan sambil kusembunyikan deras air mata.Â
@cerminperistiwa 22 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H