Seorang lelaki bisa frustrasi  dan punya alasan untuk menikah lagi bila  kata positif  tak juga singgah di telinganya. Karena kata positif bisa menjadi bukti keperkasaannya sebagai seorang lelaki. Bahkan seorang lelaki bisa merasa kehilangan harga diri ketika kata positif belum juga hadir yang bagaikan permata.Â
Kata positif adalah awal bagi seorang lelaki untuk menjadi ayah, papa, bapak atau panggilan apapun itu untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang lelaki sejati.Â
Sama halnya bagi seorang wanita, bila dokter mengatakan belum positif maka ini bisa bagaikan suara halilintar yang menghantam ulu hatinya. Karena kata positif juga bisa menjadi kata sakti sebagai pembuktian ia layak menjadi seorang ibu.Â
Kata positif juga bisa menjadi bukti kesejatian sebagai sebagai wanita yang memiliki kesuburan dan sebagai cara membahagiakan suaminya.Â
Berapa banyak wanita yang harus berlinang air mata dicampakkan suaminya bila kata positif itu belum tiba. Hidup serasa hampa bila dirinya belum  positif.Â
Berapa banyak wanita yang harus suka, walau tak rela suaminya memaksa untuk menikah lagi. Bila tak mau menanggung risiko menjadi janda dengan kehilangan muka. Karena takbisa positif.Â
Berapa banyak pasangan di dunia ini menikah atas  harapan besar pada waktunya dokter dengan iringan senyum mengatakan positif. Kata yang sangat membahagiakan tak jarang menghadirkan air mata.
Namun hari ini, di masa pandemi ini ketika Virus Korona merajalela menjemput kematian anak manusia. Kata positif adalah kata yang sangat menakutkan. Pantang untuk mendengar atau membacanya.Â
Entah berapa banyak yang sampai harus berdoa  baik untuk  dirinya maupun bagi keluarganya agar jangan muncul kata positif ini. Karena itu menjadi awal kesusahan dan ketakutan.Â
Ya, berapa banyak orang yang harus menjadi panik ketika kata positif ini tertera di selembar kertas. Itu artinya yang bersangkutan tertukar Covid-19.Â