Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermin Mentertawakan Diri (2): Tersesat dalam Terang

3 Januari 2021   23:04 Diperbarui: 4 Januari 2021   09:28 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: postwrap/katedrarajawen

Katedrarajawen  _Nasrudin Hoja kehilangan cincin dan mencarinya di jalan. Saat temannya lewat dan melihat, ia bertanya, "Engkau sedang mencari apa?" 

"Cincinku jatuh dan hilang," jawab Nasrudin masih dengan sibuk mencari. 

"Oh, apa engkau yakin hilang di sini?" teman Nasrudin penasaran. 

"Tidak sih. Karena cincinku tadi jatuh di dalam gudang." Nasrudin dengan wajah tanpa dosa menjawab. 

Si teman dengan kesal menyahut, "Bodoh kali, kau ini. Cincin hilang di dalam mencari di luar."

"Bukan bodoh, kawanku. Aku mencari di sini karena tempatnya terang, sedang di dalam gudang gelap." Nasrudin dengan polos menjelaskan. 

Izinkan saya untuk tertawa, saudaraku. Karena dengan kekuatan batin saya bisa merasakan bahwa sesungguhnya Nasrudin sedang menertawakan perilaku saya selama ini. 

Saya sering  mencari kebenaran dalam terang daripada menyelami dalam kegelapan. Padahal dalam terang  lebih sering menemukan  kegelapan, tidak menyadari  dalam kegelapan itu lebih mudah menemukan cahaya.

Selama ini saya lebih tertarik mencari kebenaran di tempat yang 'terang'. Berpikir bila  pergi ke tempat ibadah yang bagus itu pasti lebih baik. Tempat ibadah yang nyaman dengan kursi empuk dan sejuk maka pasti Tuhan lebih senang berada di situ. Persepsi saya rumah  ibadah yang mewah bercahaya lebih terang. Ya, jelas lebih terang lampunya.

Saya juga lebih terpikat kepada penceramah yang sudah punya nama. Bila perlu dengan gelarnya yang berderet. Itu akan semakin menambah kepercayaan dan meyakini kehebatan ilmunya. 

Bila penceramah yang  terkenal pasti apa yang disampaikan lebih terjamin kebenarannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun