Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aroma Surga di Dunia, Itulah Kasih Ibu

30 November 2020   12:53 Diperbarui: 30 November 2020   13:08 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: postwrap/katedrarajawen

Walau takbisa berdoa dalam bahasa nan indah, setiap kelembutan belaian Ibu adalah doa. Dalam setiap teduh tatapan matanya selalu ada doa. Dalam setiap nasihatnya pun pasti selalu menyertainya dengan doa. Dalam setiap nafasnya  ada mengalir doa-doa yang memberikan kehidupan. Demi untuk mendapat semua itu, seorang anak hanya butuh kerendahan hati untuk berbakti dan bersujud di kaki Ibu. 

Perhatian nan Tulus Ibu Takkan Punah Ditelan Zaman, Seorang Anak Takboleh Melupakan Sepanjang Zaman 

Inilah sejatinya yang menyadarkan saya. Mengapa selama ini selalu ada kerinduan untuk selalu  pulang ke rumah bertemu Ibu. Ada sesuatu rasa yang hilang bila sekian lama tak berjumpa. Apalagi saat Ibu memasuki usia senja yang akan selalu merindukan anak-anak, walau itu tak diwujudkan dalam kata-kata. Sebagai anak yang harus memahami kerinduan Ibu itu. 

Saat kembali dan bertemu Ibu, beliau akan selalu menanyakan kondisi saya. Bila ada makanan enak pasti beliau akan memberikan, walau sebenarnya itu untuk dirinya. Manakala saya menolak agar beliau saja yang makan maka jurusnya adalah mengelak dengan mengatakan tidak suka atau sudah makan. Padahal saya tahu itu cuma alasan. 

Begitu pula bila ada tenggang waktu tak berjumpa, selalu ada kekhawatiran seorang Ibu. Saat saya mengalami sakit, walau dengan terpaksa berbohong mengatakan tidak apa-apa, tetapi Ibu selalu merasa ada sesuatu yang berbeda. 

Ketika saya hanya sedikit tidak enak badan dan ada saudara yang menyampaikan, Ibu menjadi orang yang paling sibuk dan khawatir. Menanyakan, "Apakah ada uang untuk membeli obat?" 

Tak henti berpesan agar saya  jangan lupa minum obat atau bila perlu segera ke dokter. Kadang tak habis pikir sampai umur dewasa ini, Ibu masih tak berhenti juga memperhatikan. Karena itu saya paling takut sakit, tak ingin menjadi beban pikiran beliau. 

Saya memang  tak pernah habis pikir. Mengapa Ibu harus begitu  repot memikirkan kami anak-anaknya yang sudah dewasa dan punya. Tak jarang saya mengingatkan agar jangan terlalu memikirkan kami lagi. Karena kami sudah bisa mengurus diri masing-masing. 

Sebenarnya tujuan saya berbicara seperti itu agar kami tidak menjadi beban beliau lagi. Keinginan saya biarlah Ibu lebih banyak memikirkan dirinya sendiri dan menikmati masa tua dengan nyaman. Urusan anak-anak jangan lagi menjadi beban. 

Kenyataannya tak sesederhana itu. Perhatian Ibu tak pernah berubah. Kasihnya selalu ada. Inilah pembelajaran hidup tak ternilai bagi saya sebagai anak. Kasih Ibu selamanya tak tergantikan. 

Berharap pengajaran kehidupan ini menjadi pelita penerang hidup saya selanjutnya di kala dunia sangat membutuhkan. Karena dunia semakin kehilangan perhatian dan kasih di antara sesama manusia. Dunia memang membutuhkan lebih banyak lagi kasih semurni kasih Ibu. 

@kasihibu, 30 November 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun