Walau takbisa berdoa dalam bahasa nan indah, setiap kelembutan belaian Ibu adalah doa. Dalam setiap teduh tatapan matanya selalu ada doa. Dalam setiap nasihatnya pun pasti selalu menyertainya dengan doa. Dalam setiap nafasnya  ada mengalir doa-doa yang memberikan kehidupan. Demi untuk mendapat semua itu, seorang anak hanya butuh kerendahan hati untuk berbakti dan bersujud di kaki Ibu.Â
Perhatian nan Tulus Ibu Takkan Punah Ditelan Zaman, Seorang Anak Takboleh Melupakan Sepanjang ZamanÂ
Inilah sejatinya yang menyadarkan saya. Mengapa selama ini selalu ada kerinduan untuk selalu  pulang ke rumah bertemu Ibu. Ada sesuatu rasa yang hilang bila sekian lama tak berjumpa. Apalagi saat Ibu memasuki usia senja yang akan selalu merindukan anak-anak, walau itu tak diwujudkan dalam kata-kata. Sebagai anak yang harus memahami kerinduan Ibu itu.Â
Saat kembali dan bertemu Ibu, beliau akan selalu menanyakan kondisi saya. Bila ada makanan enak pasti beliau akan memberikan, walau sebenarnya itu untuk dirinya. Manakala saya menolak agar beliau saja yang makan maka jurusnya adalah mengelak dengan mengatakan tidak suka atau sudah makan. Padahal saya tahu itu cuma alasan.Â
Begitu pula bila ada tenggang waktu tak berjumpa, selalu ada kekhawatiran seorang Ibu. Saat saya mengalami sakit, walau dengan terpaksa berbohong mengatakan tidak apa-apa, tetapi Ibu selalu merasa ada sesuatu yang berbeda.Â
Ketika saya hanya sedikit tidak enak badan dan ada saudara yang menyampaikan, Ibu menjadi orang yang paling sibuk dan khawatir. Menanyakan, "Apakah ada uang untuk membeli obat?"Â
Tak henti berpesan agar saya  jangan lupa minum obat atau bila perlu segera ke dokter. Kadang tak habis pikir sampai umur dewasa ini, Ibu masih tak berhenti juga memperhatikan. Karena itu saya paling takut sakit, tak ingin menjadi beban pikiran beliau.Â
Saya memang  tak pernah habis pikir. Mengapa Ibu harus begitu  repot memikirkan kami anak-anaknya yang sudah dewasa dan punya. Tak jarang saya mengingatkan agar jangan terlalu memikirkan kami lagi. Karena kami sudah bisa mengurus diri masing-masing.Â
Sebenarnya tujuan saya berbicara seperti itu agar kami tidak menjadi beban beliau lagi. Keinginan saya biarlah Ibu lebih banyak memikirkan dirinya sendiri dan menikmati masa tua dengan nyaman. Urusan anak-anak jangan lagi menjadi beban.Â
Kenyataannya tak sesederhana itu. Perhatian Ibu tak pernah berubah. Kasihnya selalu ada. Inilah pembelajaran hidup tak ternilai bagi saya sebagai anak. Kasih Ibu selamanya tak tergantikan.Â
Berharap pengajaran kehidupan ini menjadi pelita penerang hidup saya selanjutnya di kala dunia sangat membutuhkan. Karena dunia semakin kehilangan perhatian dan kasih di antara sesama manusia. Dunia memang membutuhkan lebih banyak lagi kasih semurni kasih Ibu.Â
@kasihibu, 30 November 2020Â