Katedrarajawen _Entah guna-guna apa yang digunakan kompasiana sehingga membuat saya lupa diri dan tak berpikir pindah ke lain hati. Adakalanya ada perasaan mau pergi, tetapi terasa berat sekali.Â
Sesungguhnya sebelum atau setelah menulis di Kompasiana saya ada juga menulis di blog lain. Blogdetik adalah yang pertama saya belajar ngeblog. Sekarang sudah tiada.Â
Di Blogdetik sering juga masuk jadi  artikel utama bersama pak Gede Prama.  Ada rasa bangga tulisan bisa satu ruang bersama tulisan beliau. Namun tidak cukup menggoda. Tetap yang membuat betah itu kompasiana.Â
Pernah juga di Politikana, blog khusus politik. Seru. Namun, kurang suka karena lebih banyak perdebatan. Tidak kuat rasanya kepala. Lagi-lagi, walau artikel bisa nangkring di kolom utama. Kompas takbisa dilupa.Â
Lalu ada Wikimu dan Andriewongso. Setiap artikel yang masuk tidak bisa langsung tayang, tetapi melalui seleksi. Di Wikimu cukup lama, sampai tiada berita lagi keberadaannya.Â
Belakangan diajak sahabat kompasianer membuat blog sendiri  gara-gara ada kekecewaan. Karena waktu itu kompasiana seperti langganan ada gangguan. Bikin tidak nyaman. Diam-diam tetap menulis untuk Kompasiana juga.Â
Pada akhirnya memang betahnya di Kompasiana sampai Ulang Tahun ke-12. Tak terasa sudah bertahan 11 tahun menulis. Tidak pernah membayangkan bisa bertahan selama ini. Untuk urusan kerja saja, selama ini paling lama bertahan 8 tahun.
Jadi, ada  apa ini yang membuat saya sulit untuk pergi dari kompasiana? Guna-guna apa gerangan yang dipakai kompasiana?Â
Saya jadi ingat waktu di kampung semasa kecil. Jangan coba coba sembarangan mengambil buah milik orang lain.Â
Kenapa? Karena setelah mengambil ada risiko tidak bisa pergi menjauh, sebab di sekitar pohon itu sudah dijampi-jampi.Â
Jadi seram. Apa demikian dengan kompasiana?Â