Tentu ada berbagai sikap penerimaan. Tak berbalas. Langsung membalas. Baik dalam bentuk gambar  ucapan atau cukup dengan terima kasih.Â
Ada yang setelah dua atau tiga kali saya mengirimi, segera merespon dengan meminta agar jangan mengirim lagi dengan berbagai alasan. Ya, sudah.Â
Tak masalah. Tentu kita tak boleh memaksakan kehendak, walau berniat baik sekalipun.Â
Entah bercanda, menyindir atau menolak secara halus ada yang mengatakan jangan hanya kirim gambar, tetapi sekalian transferannya.Â
Yang lebih sulit menerima, walau harus tetap diterima dengan tanda tanya ketika niat baik berbalas blokir.Â
Ya, saya diblokir. Ini seakan mengatakan jangan mengirimi saya ucapan basimu. Merasa terganggu. Intinya ia tidak suka. Kira-kira saya membaca demikian.Â
Kecewa? Marah? Tidak suka? Secara spontan sedikit banyak ada, tetapi jangan berlama-lama. Bahaya. Bisa berubah menjadi sakit hati. Jangan sampai ada. Biarkan niat baik tetap terpelihara.Â
Biarkan peristiwa yang ada berbuah manis. Bukan buah dengan rasa pahit. Buah manis berupa pembelajaran hidup. Buah pahit akan menciptakan penderitaan?
Apa buah manis yang dapat kita petik? Belajar tentang tahu diri. Bahwa kita jangan hanya berfokus pada pengertian sendiri.Â
Apa yang kita pikir baik tidak selamanya baik pula penerimaannya. Apa yang kita anggap baik tidak selamanya kebaikan pula bagi orang lain.Â
Selanjutnya belajar tentang berlapang dada. Kadang kita ini gampang ngambek dengan kondisi yang tidak sesuai harapan. Lalu lepas kontrol Niat baik berubah keburukan. Sayang, bukan?Â