Katedrarajawen _Di perkampungan cacing, si cacing  kepanasan. Ada selentingan kabar, bahwa tempatnya  akan kena gusur. Pindah ke apartemen gratis yang sudah disediakan berikut seluruh perlengkapannya.Â
Sebagaimana layaknya penggusuran akan mendapat penolakan. Si cacing pun tak sudi bila harus pindah dari kotoran tempat huninya selama ini.Â
Menurut si cacing, kotoran adalah tempat paling nyaman sedunia. Ganti untung yang dijanjikan tak sebanding dengan rasa nyaman yang ada.Â
Berbeda dengan pandangan penguasa, bahwa kotoran tempat si cacing tinggal menimbulkan masalah. Jorok dan bau. Merusak pemandangan. Jadi harus dibersihkan dari setiap sudut kota.Â
Dialog yang ada menemukan jalan buntu, sebab sulit meyakinkan si cacing. Bahwa tempat yang baru akan lebih baik dan nyaman. Si cacing tetap teguh  dalam pendiriannya. Kotoranlah tetap yang paling nyaman.Â
Untung cuma ilustrasi, bila kisah nyata si cacing pasti sudah saya mutilasi karena ngeyelnya itu. Dikasih tempat nyaman, malah memilih kotoran yang bau dan sumpek.Â
Sebenarnya di dunia nyata juga ada, yaitu manusia ngeyel dalam kesalahannya. Diingatkan untuk meninggalkan kesalahan dan hidup dalam kebenaran, malahan marah. Tidak terima.Â
Diingatkan jangan lagi berkubang dalam dosa, bukan hanya tidak terima, malahan balik berceramah.Â
Menganggap nasehat yang ada hanyalah sebagai pengganggu kenyamanan yang sudah dirasakan selama ini. Dosa juga urusan saya. Jangan usil, hidup saya juga nyaman-nyaman saja. Kira-kira itu yang dikatakan.Â
Diingatkan, bahwa dunia ini bukan tempat yang sesungguhnya, walau nyaman masih ada tempat yang lebih nyaman bernama surga. Tetap ngeyel. Sana, kalau nyaman kamu pergi saja sendiri ke surga. Sok tahu kamu soal surga. Tak usah ajak-ajak. Â