Katedrarajawen _Bukan hal yang aneh, bila manusia berlomba-lomba untuk selalu berada atau menjadi paling  di depan.Â
Apalagi kalau ada pembagian sembako. Bertemu orang penting. Acara bagi-bagi duit.Â
Semua rela berhimpitan sampai sesak nafas pun jadi. Bahkan sampai ada yang harus kehilangan nyawa. Tetapi hal ini tidak menurunkan niat orang untuk tetap berebutan jadi paling depan.Â
Hal yang tentu tidak akan dilakukan orang yang mengedepankan akal sehat. Akal sehat di depan, akan memilih di belakang.Â
Di saat orang suka berada di depan, tidak sedikit yang rela berada di belakang. Mereka tidak terbelakang, apa yang dilakukan justru bernilai.Â
Seperti angka nol. Kkita dapat belajar kehidupan. Bahwa berada di belakang itu sesungguhnya lebih bernilai.Â
Ketika angka nol ada di depan angka lainnya. Itu akan menjadikan bilangan jadi lebih bernilai. Semakin banyak ke  belakang, akan semakin besar pula nilainya.Â
Sebaliknya bila angka nol ada di depan. Itu akan membuat bilangan jadi berkurang nilainya. Semakin banyak ke depan, semakin berkurang pula nilainya.
Tentu perlu bijak menerapkan. Naif sekali saat lomba lari, kita dengan relanya memilih jadi yang paling belakang, membiarkan yang lain berada di depan.Â
Di dalam hidup ini. Begitu banyak orang yang bekerja di belakang layar.Â
Tidak ada yang melihat. Tidak ada yang memberitakan. Diam-diam terus bekerja. Tanpa ada yang mengenal namanya. Tidak masalah. Nilainya itu  yang luar biasa.Â