Adakah orang yang benar-benar baik, sabar, pemaaf, ikhlas nan bijaksana? Ada. Tidak usah jauh-jauh mencarinya. Serius? Ya, di televisi!Â
Jangan tertawa. Ini bukan sedang bercanda. Kenyataan.Â
Dalam sinetron - sinetron yang  ditayangkan di stasiun televisi, kita sering menemukan kisah hidup dengan tokoh yang sangat baik dan sabar. Selalu memaafkan apapun perlakuan yang ia terima.Â
Suami yang sabar menghadapi istri yang kecanduan belanja. Suami protes malah didamprat dan dihina. Istrinya punya pacar lagi supaya terus bisa belanja. Sabar. Tidak mengamuk. Ujung-ujungnya tetap memaafkan.Â
Di lain kisah suami yang selingkuh, istri diusir. Dari rumah mewah tinggal di kontrakan. Tidak marah. Ikhlas. Sabar. Tetap, ujungnya memaafkan juga.Â
Ada juga kisah orangtua yang diperlakukan semena-mena oleh anaknya. Anak durhaka. Sabar menerima dan selalu mendoakan. Tidak marah atau melawan. Sampai anaknya sadar dan meminta maaf.Â
Ada lagi kisah mertua yang disiksa menantu. Lagi sang mertua sabar sekali menerima semua perlakuan. Tidak melawan. Apalagi mengutuk dengan sumpah serapah. Sampai akhirnya si menantu sadar.Â
Yang jadi penonton bingung dan gregetan. Mungkin saking kesalnya mau melempar sendal. Kalau tidak sayang televisinya.Â
Saya juga tidak habis pikir. Kenapa ada orang bisa sebaik itu? Padahal jawabannya sangat sederhana sekali.Â
Semua bisa terjadi. Ada orang sebaik itu, karena pemerannya mengikuti skenario yang ada. Bermain sesuai arahan sutradara. Tokoh dalam cerita yang ada bisa sebaik itu, karena bermain sesuai dengan skenario yang menghendaki.Â
Sederhana, bukan?Â