Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melihat Jam, Lupa Tujuan

10 Agustus 2019   15:11 Diperbarui: 10 Agustus 2019   18:45 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Canva | katedrarajawen

Setiap telepon pintar pasti memiliki penunjuk waktu. Fasilitas yang paling dasar sekali. Pastinya juga banyak pemilik telepon pintar yang memanfaatkan fungsinya itu. Termasuk saya.

Dengan adanya penunjuk waktu di telepon ini, sehingga jarang memakai jam tangan. Dipakai hanya waktu tertentu. Sebab telepon sudah dibawa setiap waktu.

Ingin lihat waktu. Tinggal ambil telepon dari kantong celana atau baju. Tetapi yang sering terjadi, saat telepon dikeluarkan malah lupa lihat waktu.

Mengapa? Karena begitu melihat layar telepon lebih tertarik membuka WhatsApp atau mengecek notifikasi lainnya. Keasyikan. Lupa lihat waktu. Begitu memasukkan ke kantong baru ingat.

Saat dikeluarkan lagi. Lagi-lagi yang dilihat menu yang lain. Pernah sampai terulang tiga atau empat kali. Serius.  Kesal sendiri. Tidak mengada-ada. Saya sendiri tidak habis pikir. Kenapa bisa?

Pasti ada yang beranggapan saya ini sudah masuk kategori pelupa akut. Parah. Tidak lucu sampai segitunya. Namun itulah yang terjadi.

Kenyataannya. Bukankah rata-rata manusia mengalami hal yang sama dalam kehidupan ini? Lebih tertarik ke hal lain. Lupa akan tujuan hidup sesungguhnya.

Apa  tujuan sejati  hidup manusia? Membina diri menjadi lebih baik. Mengubah tabiat buruk. Mengumpulkan jasa pahala. Hidup sesuai ajaran agama. Saling berbagi. Saling mengasihi. Tidak melakukan kejahatan. Mengenal diri yang sejati. Dan lain-lain.

Untuk umat yang beragama tentu tujuan utama adalah bisa berjalan pulang atau mudik ke kampung halaman. Surga. Rumah impian semesta.

Tetapi oleh warna-warni dunia. Berapa banyak di antara kita yang lupa. Bukan hanya beberapa kali. Bahkan puluhan atau ratusan kali. Tenggelam dalam nikmat duniawi. Ingat. Sadar. Lupa lagi. Begitu terus terjadi. 

Bahkan, sampai di ujung nafaspun masih belum sadar akan tujuan hidup dan harus ke mana perjalanan selanjutnya. Lupa dengan tujuan awalnya datang ke dunia ini. 

#refleksihatiuntukmenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun