Saat sedang menyiram rumput yang sudah mulai mengering akibat kemarau. Saya melihat ada bagian yang masih hijau. Di atasnya ada kotoran yang mulai kering.
Saya panggil rekan kerja yang menyapu tak jauh posisinya. Saya memintanya melihat bagian rumput yang masih hijau itu. "Lihat. Apa yang ada di atasnya?"
Bingung. Mungkin tidak begitu memerhatikan. Tanpa sungkan lagi saya menunjukkan kotoran yang ada. Bahwa kotoran itulah yang  membuat rumput itu masih terlihat subur.
"Makanya, jangan meremehkan kotoran. Karena ia bisa membuat tanaman subur dan berbunga indah. Sayur yang segar yang kita makan juga karena ada bantuan dari kotoran itu."
Bengong. Saya masih lanjut. "Begitu juga, jangan meremehkan orang dan diri sendiri. Bagaimanapun kondisinya. Kotoran saja masih berguna."
Maaf. Kebetulan lagi benar pikirannya. Kalau dipikir-pikir memang ada benarnya, kan?Â
Yang namanya kotoran apapun, pasti identik dengan bau dan menjijikkan. Bikin mual. Namun apa yang terlihat jorok itu memiliki sesuatu yang bisa membuat tanaman menjadi subur.
Pupuk-pupuk untuk tanaman hias biasanya ada campuran kotoran  kambing. Kalau untuk sayuran dari kotoran ayam.Â
Dari pengalam sendiri menanam sayuran, tanah yang sudah dicampur dengan kotoran ayam dengan takaran yang pas jadi sangat subur. Ketika dimasak, sungguh mengundang selera.
Beginilah dalam kehidupan kita sehari-hari, sejatinya diri ini tidak alergi atau jijik dengan dengan kotoran-kotoran yang lalu-lalang.
Menghadapi perilaku kotor orang-orang di sekitar. Mendapat perlakuan kotor nan menjijikkan, semestinya tidak membuat diri ini marah dan lari dari kenyataan hidup ini.Â